Kamis, 25 Januari 2007

6 Prinsip Pengakuan yang Sehat

Berikut ini adalah 6 prinsip yang akan menolong anda untuk mengakui atau berbagi tentang suatu masalah dengan orang lain secara sehat :

1. Jadilah sensitif
Jangan terlalu membebani pendengar anda. Orang yang sedang menderita atau terluka biasanya terfokus pada diri mereka sendiri. Sakit yang mereka rasakan membuat mereka hanya melihat diri mereka,masalah mereka, dan kebutuhan mereka. Sulit bagi mereka untuk berpikir tentang hal yang lain. Namun penderitaan bukanlah ijin resmi untuk membuat orang lain merasa merasa tidak nyaman, terutama yang berniat untuk membantu. Mereka yang mau menolong kita juga mempunyai kehidupan sendiri, dan kita tidak berhak untuk “membuang” masalah kita kepada mereka setiap kali kita merasakan kebutuhan untuk berbagi.
Ketika anda ingin menceritakan masalah anda kepada orang lain, tanyakanlah bagaimana anda dapat menghormati waktu mereka. Cari tahu kapan waktu yang baik untuk menelepon dan juga sebaliknya. Ketahuilah jadwal orang tersebut sehingga anda dapat meminimalisir kemungkinan mengganggu mereka.

2. Bersikaplah bijaksana
Jadilah peka dalam memilah-milah hal-hal apa saja yang tepat untuk dibicarakan dan mana yang tidak. Hindari topik-topik detil tentang hal-hal yang berhubungan dengan seks, membicarakan kejelekan atau kesalahan orang lain, dan pengulangan cerita yang sama tentang hal-hal yang membuat anda frustasi. Hal-hal ini tidak penting bagi pendengar anda. Sensorlah perkataan anda sebelum anda ditolak oleh orang lain.

3. Jujur
Jangan mengakui kesalahan orang lain saja. Apa yang kita perlu akui adalah hal-hal yang telah kita lakukan, yang berkontribusi terhadap terjadinya suatu masalah. Jika kita mulai berfokus hanya pada perbuatan orang lain, maka terkadang ini akan menjadi kesempatan bagi kita untuk menyalahkan pihak yang mungkin sebenarnya tidak bersalah atau tidak perlu berubah. Jika anda bersikeras bahwa anda adalah korbannya, pengakuan anda akan selalu dangkal, dan pertumbuhan rohani anda akan berada di level yang paling lambat.

4. Sesuaikan harapan anda
Jangan berharap lebih dari apa yang mampu diberikan oleh pendengar. Jika pendengar anda bukan seorang konselor yang terlatih, dia tentu tidak dapat menjadi ahli terapis anda. Bahkan seorang ahli terapis pun bukan seorang pembuat keajaiban. Harapan anda terhadap mereka yang mendengarkan anda sudah seharusnya dibatasi dan realistis, yang artinya anda melihat mereka sebagai pendengar, bukan penyelesai masalah. Pendengar yang merasa bertanggungjawab menyelesaikan masalah orang lain akan mengalami kekeringan emosional.

5. Jangan menyembunyikan emosi anda
Beberapa orang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan mereka. Mungkin mereka takut bahwa jika mereka mulai membicarakan perasaan mereka, maka luka mereka akan terbuka kembali. Jadi mereka berusaha keras untuk menyembunyikan emosi mereka. Cara terbaik untuk tidak hanyut dalam perasaan, memang dengan tidak membicarakannya, namun itu tidak akan membuat perasaan itu pergi. Jangan pernah menyembunyikan emosi anda hanya karena anda tidak suka mengekspresikannya.
Jika anda tidak mengakui emosi-emosi yang berhubungan dengan kebenaran, anda gagal untuk membicarakan seluruh kebenarannya. Perasaan atau emosi anda adalah bagian terbesar dari cerita anda. Menyangkal emosi anda, menolak untuk menangis, menyembunyikan kemarahan, tersenyum di balik kesedihan, atau menggertak untuk menutupi ketakutan anda, adalah tindakan yang tidak jujur. Lagipula, emosi-emosi tersebut dapat mengekspresikan kebenaran. Air mata dan kemarahan bukan merupakan tanda dari kelemahan atau tidak rohani. Emosi dan perasaan anda adalah respon yang sangat manusiawi terhadap rasa sakit dan malu. Jangan biarkan keinginan anda untuk selalu tampil kuat, menghalangi anda untuk bersikap jujur.

6. Pertahankan ketergantungan yang sehat
Misalkan ada sepasang sahabat, Cindy dan Linda, yang mempunyai ketergantungan yang tidak sehat. Orang-orang yang bersikap seperti Linda, yang selalu menelepon, meminta nasehat, meminta dukungan emosional yang positif, telah menyandarkan ketergantungannya kepada orang lain, bukan kepada Tuhan. Dan siapapun yang bersikap seperti Cindy, yang mengijinkan orang lain mendominasi waktunya, menunjukkan tanda bahwa dia mengijinkan kebutuhan pribadinya dan masalahnya sendiri tidak terselesaikan, demi usaha untuk menjadi pendengar yang baik.
Ketergantungan sejenis dapat berkembang jika orang yang berhubungan dengan anda mulai menggunakan anda dan masalah anda sebagai suatu hiburan, atau sebagai selingan dalam kehidupan mereka. Beberapa orang terlahir sebagai “penyelamat”. Namun jika motivasi mereka untuk “menyelamatkan” atau menolong tersebut berasal dari kebutuhan untuk memegang kendali atau agar mereka merasa dirinya penting, anda akan menjadi sangat penting bagi mereka.
Jika anda berhubungan dengan seseorang dan anda merasa sedang berada dalam ketergantungan yang tidak sehat, ubahlah sikap anda agar hubungan yang telah terjalin di antara anda dan mereka dapat tetap positif dan saling menghargai satu sama lain.

Senin, 22 Januari 2007

"Aku Berdoa Supaya ...."

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri,sebab memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah di antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.

Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!". Dor!!! Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

"Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai.
Dan...
Mark-lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan?" Mark terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongku mengalahkan orang lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya.

Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata.

Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.

Jadi, teman, berdoalah agar kita selalu tegar dalam setiap ujian. Berdoalah agar kita selalu dalam lindungan-Nya saat menghadapi itu ujian tersebut.
Amin....

Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya. Amsal 15:23

Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. Amsal 16:24

Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Amsal 17:27