Kamis, 13 November 2008

SEMUANYA BERHARGA
Bacaan: I Korintus 12:12-31

Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus.- I Korintus 12:23

Saat Perang Dunia II berlangsung, Inggris mengalami banyak masalah. Salah satu masalah yang cukup serius adalah banyaknya pekerja tambang batubara yang mengundurkan diri karena merasa bekerja di tempat yang kotor dan merasa itu bukan pekerjaan yang berharga. Mereka semua ingin bergabung dengan wajib militer yang akan mendapat banyak pujian dan menganggap bahwa menjadi tentara jauh lebih berharga daripada menjadi pekerja tambang. Jika pengunduran diri ini dibiarkan, Inggris akan kekurangan pasokan batubara, ini berarti rakyat dan militer Inggris akan mendapat masalah besar.

Melihat kenyataan itu Winston Churchill, PM Inggris pada waktu itu, langsung menghadapi ribuan pekerja tambang dan dengan penuh semangat mengatakan kepada mereka tentang pentingnya pekerjaan mereka dan bagaimana peranan mereka sebagai pekerja tambang untuk dapat menciptakan kemenangan bagi Inggris. Akhirnya, orang-orang yang keras itu mengucurkan air mata, menyadari betapa penting dan mulianya pekerjaannya, dan kembali ke tambang batubara dengan ketetapan hati.

Dalam dunia pelayanan, apa yang dialami oleh pekerja tambang itu kerap terjadi. Jika kita ditempatkan dalam sebuah pelayanan yang sederhana, tidak dilihat banyak orang, dan jarang mendapat perhatian, maka kita merasa pelayanan kita tidak berharga. Pada saat itulah kita tergoda untuk masuk dalam pelayanan yang "lebih mulia", dilihat banyak orang dan bidang pelayanan yang lebih penting. Padahal kita tahu bahwa semua pelayanan, apapun bentuknya, adalah penting dan mulia. Entahkah pelayanan itu di atas mimbar yang dilihat orang banyak, ataukah pelayanan itu di tempat tersembunyi (misalnya pelayanan doa). Seharusnya kita belajar untuk menempatkan diri sesuai dengan potensi, talenta, bidang dan panggilan Tuhan dalam hidup kita. Kita semua adalah satu tubuh yang masing-masing berfungsi. Tidak ada anggota tubuh yang satu lebih penting, sementara yang lain kurang penting. Demikian juga halnya dengan pelayanan kita. Ingatlah, bahwa sesederhana apapun pelayanan kita, itu tetap penting dan mulia! (Kwik)

Tidak ada pelayanan yang lebih berharga dan lebih mulia dibandingkan dengan pelayanan yang lain.
TAK TERSISA MAKNA
Bacaan: II Timotius 3:5

Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.- II Tim 3:5

Ini salah satu cerita favorite saya. Seorang pria membeli sebuah beo yang pernah menjadi juara dengan harga yang sangat mahal. Agar beo ini berbicara lebih banyak lagi, maka pria ini sengaja membelikan sebuah sangkar yang benar-benar elegan dan besar. Herannya, di sangkar yang sedemikian bagus, beo itu tidak mengeluarkan suara sedikitpun juga. Pria ini mulai kuatir lalu mencoba konsultasi dengan penjual burung beo itu. Sang penjual segera menyarankan agar pria ini membeli cermin, sebab dengan adanya cermin maka beo ini akan merasa nyaman. Tetapi usaha ini tak membuahkan hasil. Kembali si penjual beo itu menyarankan agar pria ini membeli tangga dan ayunan supaya beo itu senang. Namun tetap saja usaha ini sia-sia, dan beo itu benar-benar melakukan aksi bungkam mulut. Beberapa hari kemudian beo itu tergolek lemah dan tiba-tiba mengeluarkan suara yang selama ini ditunggu-tunggu. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, beo itu berkata, "Apakah benar tidak ada makanan selain cermin, tangga dan ayunan mahal ini?"

Tahukah Anda maksud cerita itu? Beo itu diperlengkapi dengan fasilitas yang bagus dan mahal, tetapi sayang pria ini lupa memberi makan kepadanya. Tak heran kalau beo ini tidak mau bersuara dan akhirnya mati. Hal yang penting dan mendasar justru dilupakan, sebaliknya pria ini berkonsentrasi kepada hal-hal yang sebenarnya tidak perlu.

Mengabaikan hal yang penting karena disibukkan hal-hal yang kurang perlu. Pemandangan ini akan semakin jelas menjelang hari Natal atau hari Paskah, atau acara perayaan penting di gereja. Mempersiapkan diri begitu rupa menyongsong "hari suci" sampai tak menyadari bahwa ia sudah kehilangan makna yang sebenarnya. Sibuk rapat, mencari dana begitu rupa, latihan paduan suara, menyiapkan operet dan drama atau melakukan apapun yang dianggap penting pada momen ini. Namun pada gilirannya, ia melupakan makna yang sebenarnya dari momentum yang sedang ia rayakan. Setelah semuanya berlalu, maka tak tersisa sedikitpun makna yang bisa direnungkan. Kecuali hanya menyisakan keletihan, kejengkelan dan kecapekan yang luar biasa. Kiranya renungan ini selalu mengingatkan agar di saat kita menyibukkan diri pada sebuah momentum yang sedang kita rayakan, kita tidak kehilangan makna yang sebenarnya dari momentum itu.


Sebuah momen tidak akan pernah berarti jika sudah kehilangan maknanya.
MANAJEMEN EMOSI I

Bacaan: Mazmur 42:1-12

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! - Mazmur 42:6

Emosi diciptakan Allah untuk kebaikan manusia, namun karena manusia telah jatuh dalam dosa, emosi muncul untuk alasan yang salah dan disalurkan dengan cara yang salah juga. Lalu bagaimana kita bisa mengelola emosi itu dengan baik? Dr. Ken Campbel dalam buku 7 Emosi Perusak Jiwa memberikan cara bagaimana mengelola emosi dengan bijak.

Satu, takut. Takut adalah emosi rasional terhadap bahaya yang ada di depan mata. Seperti sakit penyakit, kehilangan sesuatu atau kondisi keuangan yang buruk. Untuk mengelola rasa takut diperlukan pikiran yang tenang dan hati-hati. Kemudian mengenali penyebabnya dan menyerahkan pada Yesus. Semakin besar keyakinan kita akan pertolongan Tuhan, rasa takut pun akan semakin berkurang, bahkan akan hilang.

Dua, depresi. Depresi biasanya terjadi karena merasakan penderitaan batin yang sangat dalam. Untuk mengelola depresi kita harus tahu penyebabnya lebih dulu. Setelah mengetahui apa yang menyebabkan kita depresi, belajarlah untuk menyerahkan beban jiwa kita kepada Tuhan. Pemazmur memberikan cara sederhana bagaimana mengatasi rasa depresinya, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:6).

Tiga, amarah. Biasanya akan muncul jika terjadi sebuah peristiwa yang memunculkan ketegangan di dalam pikiran dan emosi kita. Mengelola kemarahan dalam cara yang sederhana bisa dilakukan dengan prinsip 5 W. What, marah pun perlu judul, jadi merembet ke masalah-masalah yang sama sekali tidak berkaitan. Who, siapa yang menyebabkan kemarahan kita? Jangan sampai masalah kantor membuat kita marah-marah dengan keluarga di rumah. Why, kita harus tahu alasan yang jelas mengapa kita marah, jangan marah tanpa alasan yang mengada-ada. When, pada saat marah kita harus tahu kapan waktu yang tepat. Where, marah pun harus tahu dimana tempatnya.

Atasi ketakutan, kekuatiran dan depresi dengan menyerahkan kepada Tuhan. (Amos)

MANAJEMEN EMOSI II

Bacaan: I Yohanes 1:5-10

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.- I Yohanes 1:9

Empat, rasa bersalah. Rasa bersalah yang terus menghantui merupakan emosi yang tidak sehat. Rasa bersalah yang tidak diselesaikan akan membuat orang merasa tidak bahagia, tidak berharga, salah, gagal karena sesuatu hal dan mendorong orang menghukum dirinya sendiri. Untuk mengatasi hal ini tidak ada pilihan lain kecuali kita datang kepada Tuhan untuk meminta Dia mengampuni dosa kita (I Yohanes 1:9) dan berani melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu.

Lima, kebencian. Tidak ada hal yang positif dari sebuah kebencian. Keadaan hati yang seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika tidak segera diselesaikan, kebencian akan selalu menggerogoti damai sejahtera, sukacita bahkan akan memunculkan dendam terhadap orang yang telah melukai hati kita. Kita harus minta ampun kepada Tuhan karena hidup dalam kebencian, mengijinkan kasih-Nya mengalir dan berani melepaskan pengampunan terhadap orang yang bersalah kepada kita.

Enam, iri hati. Iri hati adalah sebuah emosi yang tidak sehat karena kita selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil sehingga timbul cemburu. Penyebab yang sebenarnya adalah hidup yang hanya berpusat pada diri sendiri. Orang yang egosentris (berpusat pada diri sendiri) akan lebih mudah tergoda untuk iri hati ketika melihat keberhasilan orang lain. Itu sebabnya kita perlu memiliki cara pandang yang sehat tentang diri kita sendiri.

Tujuh, dukacita. Memang dukacita adalah bagian dari warna kehidupan, sebab ada waktunya kita mengalami dukacita yang mendalam. Namun yang paling penting adalah jangan pernah membiarkan dukacita itu terus berkelanjutan dalam hidup kita, sehingga kita mulai kehilangan sukacita dan semangat dalam hidup. Pada saat-saat seperti inilah kita membutuhkan orang lain yang bisa menghibur dan menguatkan kita. Selain itu memiliki waktu-waktu yang lebih banyak dengan Tuhan akan lebih mudah menyembuhkan emosi kita ini.

Tidak ada obat yang lebih manjur untuk jiwa yang luka selain daripada kasih. (Amos)

Rabu, 12 November 2008

SEMANGKUK NASI PUTIH

Pada sebuah senja dua puluh tahun yang lalu, terdapat seorang pemuda yang kelihatannya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir didepan sebuah rumah makan cepat saji di kota metropolitan, menunggu sampai tamu direstoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu dia masuk kedalam restoran tersebut.

“Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih.” Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.

Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta semangkuk nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan semangkuk penuh nasi putih untuknya.

Ketika pemuda ini menerima nasi putih dan sedang membayar berkata dengan pelan :”dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya.”

Istri pemilik rumah berkata sambil tersenyum : ”Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu bayar !”

Sebelum habis makan, pemuda ini berpikir : “kuah sayur gratis.” Lalu memesan semangkuk lagi nasi putih.

“Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya.” Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda ini.

“Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya !”

Mendengar perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin diluar kota, demi menuntut ilmu datang kekota, mencari uang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti. Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda ini.

Melihat perbuatannya, istrinya mengetahui suaminya sedang membantu pemuda ini, hanya dia tidak mengerti, kenapa daging dan telur disembunyikan dibawah nasi ? Suaminya kemudian membisik kepadanya :”Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan datang lagi, jika dia ketempat lain hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah.”

“Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya.”

“Jika saya tidak baik, apakah engkau akan menjadi istriku ?”

Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dapat membantu orang lain.

“Terima kasih, saya sudah selesai makan.” Pemuda ini pamit kepada mereka.

Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

“Besok singgah lagi, engkau harus tetap bersemangat !” katanya sambil melambaikan tangan, dalam perkataannya bermaksud mengundang pemuda ini besok jangan segan-segan datang lagi.

Sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka, sama seperti biasa setiap hari hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari. Sudah pasti nasi yang dibawa pulang setiap hari terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat, selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.

Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur, tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang disekolahkan diluar negeri yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan panik. Pada saat ini masuk seorang pemuda yang memakai pakaian bermerek kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid.

“Apa kabar?, saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana, keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan.”

“Siapakah direktur diperusahaan kamu ?, mengapa begitu baik terhadap kami? saya tidak ingat mengenal seorang yang begitu mulia !” sepasang suami istri ini berkata dengan terheran.

“Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian, hanya itu yang saya tahu, yang lain setelah kalian bertemu dengannya dapat bertanya kepadanya.”

Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20 tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya. Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya dia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya. Pemuda ini berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka :”bersemangat ya ! dikemudian hari perusahaan tergantung kepada kalian, sampai bertemu besok !”

Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan. (Sumber epochtimes.com/ h)

Matius 25 : 37-40
37] Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38] Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39] Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40] Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
SAYA INI CUSTOMER SERVICE OFFICER !

Suatu saat sepulang tugas dari luar kota (utk refreshing) saya membaca humor di majalah Reader's Digest yg salah satu isinya sbb:

"Ada seorang ibu dari satu kota kecil sedang bepergian ke kota besar dan masuk ke salah satu toko swalayan yg sangat besar. Segera saja dia asyik berbelanja dan tak lama keranjangnya sudah penuh. Ketika hendak membayar, dia kesulitan mencari letak cassa/kasir toko tsb. Kebetulan dia melihat ada seorang yg berpakaian seragam toko itu dan bertanya:" Maaf bu, kasirnya dimana ya ?" Sambil menatap si ibu yg bertanya si pegawai menjawab: " Maaf ya, saya bukan kasir. Saya ini Customer Service Officer !!" sambil meninggalkan si ibu yg kebingungan."

Saya tertawa seru membaca betapa ironinya si CSO tadi. Ngaku CSO tapi tdk bisa memberi service yg baik. Namun dalam suasana hati yg tertawa itu ada suatu suara halus dari batin saya yg berbunyi : "... kok kamu tertawa...??? yang kamu ketawakan itu siapa ???" Saya langsung kaget dan terdiam. Di dalam hati dan pikiran saya mulai mengalir suara halus tadi lagi bahwa betapa saya juga persis seperti si CSO tadi. Saya hanya pakai "seragam/status" kekristenan/orang percaya/anak Tuhan, tapi apakah saya sudah berbuat utk banyak orang yg juga sedang bertanya dan mencari jalan ke "kasir" (baca Hidup Kekal).

Dalam suasana hati tertempelak itu juga terus mengalir permenungan saya, bahwa betapa selama ini saya belum tersadarkan siapa saya dan status saya sesungguhnya di hadapanNYA ( Mat 5: 13-16; I Petrus 2:9) dan juga sering lalainya saya menjalankan fungsi saya ( Mat 22:37-39 ; 28:19-20).

Selanjutnya saya juga diingatkan bahwa dalam hidup ini sebenarnya kita juga ada pakai banyak "seragam" lain apakah sbg ayah, anak. atasan, karyawan atau yg lainnya (atau yang lebih gawat lagi bagi yang sibuk banget "fashion show" seragam nya tadi sambil ngaku paling cakep dan gaya sendiri sembari ngoyo utk cela dan kritik "seragam" orang lain jelek, ndak pantas ,dll lah). Pertanyaannya sudahkan saya menjalankan tugas saya sesuai dengan seragam yg saya pakai ???

GBU all.
Diposting oleh VINCENTIUS.OEI

Senin, 10 November 2008

Sejauh Mana Seorang Motivator Bisa Menolong Anda?

Ada sebuah fenomena menarik dalam dunia perseminaran. Terutama seminar-seminar motivasi. Para motivator hebat berusaha keras mencurahkan segenap kemampuannya dalam memotivasi perserta. Dan tentu saja, begitu banyak yang termotivasi sehingga sering terjadi keriuhan luar biasa didalam ruangan seminar itu. Semakin lihai sang pembicara membawakan materi trainingnya, semakin terbakarlah semangat mereka. Dan disore hari, seminar itu pun berakhir. Keesokan paginya semangat itu masih ada dalam dada para peserta. Seminggu berikutnya, masih cukup banyak yang tersisa. Waktu sebulan berjalan, masih lumayan. Sekuartal berlalu, sudah sebagian besar yang tanggal. Padahal. Bukankah tujuan membayar dan mengikuti seminar itu adalah untuk menjadikan diri kita lebih handal? Tapi, apakah itu mungkin jika semua pelajaran dan semangat yang didapat menguap secepat kilat?

Ada banyak bukti bahwa seminar motivasi sering tidak meninggalkan bekas yang berarti. Meskipun perusahaan sudah mengeluarkan uang banyak, namun para karyawan yang dikirim ke seminar itu tidak menunjukkan perubahan yang signifikan kecuali untuk jangka waktu yang singkat saja. Perilaku dan sikap mereka kembali `normal' tak lama kemudian. Mungkin memang benar, bahwa ada begitu banyak faktor penyebabnya. Tidak perlu dipungkiri bahwa kualitas dan teknik yang digunakan oleh para motivator merupakan salah satunya. Faktor kedua adalah, dukungan lingkungan perusahaan itu sendiri. Seseorang yang saya kenal dengan sangat dekat berkata:"Gue sudah diikutkan training yang canggih-canggih. Tapi begitu gue presentasikan proposal program kepada para boss, eeeh, mereka malah mengatakan bahwa this company doesn't need such sophisticated project…." Orang ini sudah terbang ke berbagai negara, menempa diri nyaris tanpa henti, dan belajar dari cukup banyak profesor. Tetapi, perusahaan tidak memiliki lahan yang cukup subur untuk memungkinkan benih-benih inovasi hasil dari proses belajarnya tumbuh optimal.

Faktor ketiga tentu saja ada disisi karyawan atau peserta training itu sendiri. Saya sering bertanya-tanya; apa yang menyebabkan seorang karyawan dan peserta training seperti kita ini hanya sanggup mengingat dan menyerap semangat dalam rentang saat yang teramat singkat? Begitu banyak orang yang percaya bahwa semuanya itu bermuara kepada sesuatu yang disebut sebagai `follow up'. Oleh karena itu, tidak terlampau mengejutkan jika saat ini banyak lembaga training, motivator dan trainer yang menawarkan program follow up pasca seminarnya. Dan perusahaan yang percaya bahwa follow up itu penting, bersedia membayar program tambahan itu dengan harapan bahwa para karyawan bisa benar-benar menuangkan apa yang dipelajarinya didalam karya nyata kehidupan kerjanya sehari-hari. Lalu, apakah usaha itu membuahkan hasil? Masih harus kita kaji lebih lanjut. Mengapa? Karena, segera setelah program follow up tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun itu berakhir, maka nyaris berakhir pulalah bekas yang ditimbulkannya. Menurut seorang teman, memang sudah hukumnya begitu; pelajaran yang didapat dari sebuah seminar hanya bakal nyantol sekilas, laksana mobil yang melintas dijalan tol. "Lagipula, yang pantas memikirkan hal begituan itu ya para motivator dan perusahaan," katanya. "Bukan karyawan seperti kita-kita ini."

Memang, ini bukan tempat yang tepat untuk membahas faktor pertama, karena adalah diluar jangkauan kita untuk mengomentari para motivator. Sebab, setiap motivator memiliki gaya, teknik, dan kemampuan tersendiri. Meskipun tak jarang yang meniru orang lain, namun keunikannya sebagai individu cukup menjadi bekal bahwa setiap motivator itu juga unik. Juga, bukan wewenang kita mencampuri kebijakan perusahaan yang tidak sungguh-sungguh menyiapkan ruang dan kesempatan tempat tumbuhnya gagasan-gagasan dan sistem nilai baru yang dibawa karyawannya sebagai oleh-oleh. Tapi barangkali, sebagai teman seperjalanan dalam proses bertumbuh dan berkembang ini, kita bisa saling berbagi dalam menemukan jalan terbaik untuk mengoptimalkan proses belajar kita selama ini. Supaya benar-benar ada manfaat nyata bagi kehidupan kita.

Suatu waktu, istri saya mengatakan; "Kamu terlalu banyak berpikir, chayank." Ketika itu saya masih terperangkap dihadapan layar monitor lap top, sedangkan dia sudah siap dengan perlengkapan fitness-nya. "Sekarang ikut aku ke fitness center," katanya. Dan seperti kerbau dungu yang dicocok hidungnya, saya menurut saja. Karena memang sudah sangat lama kegiatan olah raga saya tidak lagi teratur, meskipun sangat menikmatinya. Itu bisa menjadi alternatif hiburan lain selain cream-bath di bioskop dan nonton di salon. Aih, terbalik ya? Cream-bath di salon dan nonton di bioskop. Wah, boleh juga tuch kalau membuka salon yang menyediakan personal LCD untuk memutar film box office saat menjalani cream-bath, dan didalamnya dilengkapi fasilitas fitness. (Ting…!)

Saya hendak berpindah ke area treadmills saat mata saya menempel di permukaan sebuah dinding. Ada dua buah kalimat yang sangat menarik tertulis disitu. Sungguh, saya tidak pernah merasa bosan untuk menikmati sensasi yang ditimbulkan kedua kalimat itu. Setiap kali saya datang dan membacanya, selalu ada semangat baru yang tumbuh didalam diri saya. Jadi, tidak peduli berapa kali saya melihatnya, saya tidak pernah merasa bosan membacanya. Dan kalimat itu berbunyi; `Motivation is what gets you started'. Untuk memulai melakukan hal besar, kita membutuhkan sesuatu yang memotivasi. Masalahnya, sebuah proyek besar atau perubahan perilaku tidak hanya bisa diselesaikan dengan sekedar memulainya. Melainkan dengan menjalaninya secara konsisten, hingga tujuan kita tercapai. Dan sepertinya kita sudah tahu bahwa para motivator disetiap seminar hanya bisa mengantarkan anda kepada tahap memulai. Jadi, tidak heran kalau begitu banyak orang yang menggebu-gebu saat keluar dari ruang seminar, dan melempem lagi di keesokan harinya.

Orang-orang antusias mempunyai trik tersendiri, yaitu; terus mengejar kemanapun dan dimanapun sang motivator menyelenggarakan seminarnya. Dengan cara itu, mereka bisa mempertahankan motivasinya agar tetap tinggi. Masalahnya, jika waktu kita dihabiskan untuk membuntuti dan mendengar mereka bicara, kapan kita bertindaknya? Lagipula, apakah kita akan terus-menerus bergantung pada sang motivator? Jika uang anda tidak cukup untuk membayar ongkos seminarnya, apakah anda masih bisa mengikuti sesi-sesinya?

Selain itu, kita perlu menerima kenyataan bahwa motivator juga manusia. Ada kalanya mereka salah. Kadang mereka terlalu sibuk untuk menerima telepon penuh rasa ingin tahu anda. Atau sekedar menjawab email anda. Jika demikian, bukankah perjalanan kita menuju pertumbuhan bisa terancam? Jadi, adakah alternatif lain selain yang itu? Tentu saja ada! Tahukah anda, bagaimana caranya? Cari motivator lain yang tidak akan pernah menomor duakan anda. Yang tidak peduli apakah saat itu anda memiliki uang atau tidak. Yang bersedia mendengarkan apapun keluhan anda. Dan yang selamanya ada disisi anda. Emangnya ada motivator seperti itu? Sebelum saya menjawabnya; maukah anda menyebut motivator yang seperti itu – jika ada – sebagai motivator sejati kelas wahid? Ya, anda tentu setuju bahwa motivator yang macam itulah yang pantas mendapatkan gelar bergengsi itu. Sebab, hanya dia yang bersedia melakukan segalanya untuk anda.

Apa tadi pertanyaan anda? `Emangnya ada motivator seperti itu?' Saya bilang; ADA! Percayalah. This kind of motivator really exists here on the earth! Tahukah anda siapa dia? Dia adalah orang yang paling dekat dengan anda. Pacar? Bukan. Istri? Bukan. Anak-anak anda? Juga bukan. Jadi siapa? Anda benar; `diri anda sendiri'. Jika anda mampu menjadikan diri sendiri sebagai motivator utama dalam hidup anda, maka anda sudah mendapatkan the true motivational source. Dan. Itulah. Yang biasa. Kita sebut. Sebagai. Internal motivation.

Selama diri anda ada, maka selama itu pula anda termotivasi. Selama itu juga anda bersedia meneruskan perjalanan untuk bertumbuh kembang. Dan, tepat disaat anda secara konsisten mampu menjalaninya, semua berubah menjadi sebuah kebiasaan. Dan, tepat disaat sesuatu menjadi kebiasaan, anda mulai merasakan segalanya berjalan secara otomatis. Tanpa paksaan. Tanpa keharusan. Tanpa perlu energi fisikal
dan emosional yang besar. Persis seperti bunyi selanjutnya dari kalimat yang tertulis didinding fitness center itu, bahwa: `Habit is what keeps you going'. Mengapa? Karena anda, baru saja mencapai sebuah tatanan baru yang disebut sebagai unconscious competence. Dan itulah saat dimana anda secara sempurna berhasil mengadopsi suatu perilaku, atau keterampilan baru.

Lima juta tahun yang akan datang, kita semua akan menjadi fosil. Seorang arkeolog dijaman itu menemukan puing-puing bangunan fitness center itu. Dan didinding bangunan itu, mereka menemukan sebuah tulisan kuno. Dan. Ketika diterjemahkan, tulisan itu berbunyi; `Motivation is what gets you started. Habit is what keeps
you going'. Motivasilah yang mampu mendorong anda untuk memulai sesuatu. Sedangkan kebiasaan menjadikan anda untuk terus bertahan dijalur itu, hingga anda sampai kepada tujuan hidup yang ingin anda wujudkan. Dalam setiap seminar tentang arkeology dan antropology yang diselenggarakannya; sang arkeolog selalu menyampaikan pesan dididing fitness center kuno itu. Sebab, dia percaya bahwa; jika anda berhasil menjadikan diri anda sendiri sebagai motivator pribadi. Dan anda berhasil membangun kebiasaan-kebiasaan positif yang bisa menjamin anda terus bertahan dalam setiap perjuangan hidup. Maka. Anda benar-benar telah menjadi. Manusia modern. Yang
sangat handal. (Dadang Kadarusman)

Catatan Kaki:
Tidak ada motivator yang lebih baik dari diri anda sendiri. Hanya saja, anda sering tidak mendengar nasihat-nasihatnya.
Benarkah Anda Bisa Melakukan Apapun Juga?

Salah satu impian terbesar umat manusia adalah; bisa melakukan apapun yang diinginkannya. Untungnya, orang-orang hebat sering mengatakan;"Anda bisa melakukan apa saja!". Sangat mudah untuk menyerap nasihat itu karena kedengarannya bisa mengantar kita kepada mimpi terbesar itu. Tidak heran jika kemudian didalam hati kita ada sebuah ukiran indah berbunyi: "Aku bisa melakukan apa saja!". Uuuh, kedengarannya ini bisa menjadi bukti pencapaian tertinggi umat manusia. Karena, jika kita bisa melakukan apa saja; maka tercapai sudah segala impian itu. Tapi, benarkah anda bisa melakukan apapun juga?

Anda yang pernah menonton film The Land Before Time, tentu ingat tujuh sekawan hewan purba kecil yang bersahabat. Littlefoot si anak Apatosaurus berleher panjang menjadi pusat persahabatan itu. Cera si anak Triceratops, badak purba bercula tiga yang juga disebut sebagai Trihorn. Ducky si anak Saurolophus sang nenek moyang bangsa bebek. Petrie, si anak Pteranodon yang merawisi masa depan para burung. Spike si Stegosaurus sang leluhur buaya. Ruby si Oviraptor cilik. Dan Chomper anak Tyrranosaurus yang memilih untuk bersahabat dari pada harus memakan teman-temannya.

Ayah Cera yang raja Trihorn menasihatkan sebuah pelajaran penting. "Cera," katanya. "Trihorn itu adalah mahluk terhormat dan paling hebat. Karena," lanjutnya. "Kita keluarga Trihorn bisa melakukan apa saja!" Suaranya yang besar dan menggelegar menggema ke seluruh penjuru rimba purba. Sedangkan didalam dada Cera, nasihat itu
menjelma menjadi semangat yang membara. Yang menjadikan dirinya begitu percaya bahwa; Seekor Trihorn seperti dia, bisa melakukan apa saja.

Pada suatu ketika, ketujuh sekawan mengadakan perlombaan yang unik. Yaitu, berdiri diatas sebatang kayu yang terapung diair. Siapa yang paling lama berdiri diatasnya, dialah pemenangnya. Littlefoot, tidak ikut bertanding. Dia memilih untuk menjadi pendukung para kontestan yang sedang berlomba. Karena dia tahu, binatang besar berkaki empat seperti dia tidak dirancang untuk melakukan hal semacam itu. Sedangkan Cera yang juga besar dan berkaki empat? Dia tahu bahwa seekor Trihorn bisa melakukan apa saja. Persis seperti yang selalu dikatakan oleh ayahnya.

Sebelum pergi, Cera berpamitan kepada Ibunya. "Ibu, aku mau bermain sama teman-teman." katanya. "Akan aku menangkan pertandingan itu, karena seekor Trihorn bisa melakukan apa saja!" Semangat itu tentu membuat kedua orang tuanya bangga. Terutama sang ayah yang telah berhasil menjadikan anaknya seorang pemikir positif, penuh percaya diri, dan selalu optimis. Tapi, ibunya penasaran dan bertanya;"Kalian mengadakan perlombaan apa kali ini, Cera?".

Pertanyaan itu menghasilkan sebuah jawaban yang sangat mengejutkan. Sampai-sampai, Ayah yang sedang mengasah tanduknya berhenti dan berteriak; "Perlombaan macam apa itu, Cera?" suaranya menggetarkan dada. "Kamu tidak boleh ikut perlombaan itu!" seraya berlari menghampirinya.

"Mengapa aku tidak boleh ikut berlomba, Ayah?" tanya Cera. "Aku ingin memenangkan pertandingan itu..." lanjutnya.

"Itu permainan yang sangat berbahaya!" jawab Ayah dalam suara tinggi erbalut cemas.

"Ayah, bukankah Ayah bilang seekor Trihorn bisa melakukan apa saja?" Cera membalas diantara kebingungan dan kekecewaan.

"I, Iyya, tapi..." Ayah terlihat ragu-ragu. "Tapi, berdiri diatas sebatang kayu yang terapung diair sungai yang deras bukanlah salah atunya...."

"Maksud Ayah..." kata Cera. "Seekor Trihorn tidak bisa melakukannya?" Jelas sekali dia kecewa. Namun, sekuat apapun Ayah menghalanginya, dia tidak bisa dihentikan. Ayah, tidak bisa semudah itu menghapuskan pelajaran yang sudah ditanamkannya didalam diri Cera. Sebab, pelajaran itu, benar-benar diserap, diyakini dan dijiwai olehnya. Hingga dia mengira bahwa memang seekor Trihorn bisa melakukan apa saja.

Kita, para manusia juga demikian. Begitu bertubi-tubinya pelajaran yang meyakinkan kita bahwa kita ini bisa melakukan apa saja. Jika kita mau. Pelajaran itu sungguh-sungguh kita dengarkan. Kita resapi didalam hati. Dan kita jadikan tenaga yang menggelora untuk menyemangati hidup. Namun seperti pengalaman Cera, ada banyak situasi dimana kita harus dihadapakan pada kenyataan bahwa tidak segala hal bisa kita lakukan. Itu membuat kita kebingungan; bukankah para guru motivasi saya mengatakan bahwa saya bisa melakukan apapun juga? Sekarang saya ingin melakukan ini, namun sekuat apapun saya berusaha, ternyata saya tidak bisa jua.

Ketika Cera pada akhirnya tenggelam dan hanyut terbawa arus sungai yang deras. Ayahnya menyadari bahwa kepada para pembelajar, tidak seharusnya dia meyakinkan bahwa mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Bukan. Bukan itu. Sebab, seekor Trihorn tidak didisain Tuhan untuk menjadi perenang hebat. Atau penerbang ulung. Seekor Trihorn, dirancang untuk menjadi dirinya sendiri. Mengenali potensi diri sejati yang dimilikinya. Lalu, menggunakan kemampuan itu untuk menjalani hidupnya. Dan. Itu tidak berarti melakukan apa saja yang diinginkannya. Melainkan, untuk. Menjalani fitrahnya. Mengikuti kodratnya. Memaknai keberadaan dirinya. Melalui aktualisasi atas kapasitas diri itu.

Cera, bukanlah satu-satunya pembelajar penuh semangat yang haus akan pencerahan itu. Ada jutaan Cera lain yang merindukan pengarahan yang benar tentang apa yang patut dilakukan dalam hidupnya. Mereka membutuhkan seseorang yang bersedia mengatakan bahwa; kita bukanlah mahluk yang bisa melakukan apa saja. Tapi, kita bisa meraih kesuksesan hidup dengan melakukan apa saja yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas diri kita seutuhnya. Yaitu, ketika kita menjadi manusia yang bersedia mengakui betapa kita ini bukan mahluk yang sempurna. Namun, dibalik kesadaran akan ketidaksempurnaan itu, tumbuh keyakinan bahwa; Tuhan sudah menghadiahi kita dengan kemampuan untuk menjalani sebaik-baiknya hidup. (Dadang Kadarusman)

Catatan Kaki:
Ada dua alasan mengapa kita tidak perlu bisa melakukan segala hal.
Pertama, diri kita tidak didisain untuk menjadi mahluk yang serba
bisa. Dan kedua, kesuksesan bukanlah milik mereka yang bisa melakukan
segala hal; melainkan kabar baik bagi orang-orang yang bersedia
memberdayakan diri.

Jumat, 24 Oktober 2008

Seberapa Besar Kapasitas Aktual Diri Anda?

Disekitar kita; begitu banyak orang hebat yang mengagumkan. Mereka memiliki kemampuan diatas rata-rata. Sehingga terlihat unggul dari manusia lainnya. Ketika dihadapkan pada suatu pekerjaan atau tugas tertentu, mereka selalu bisa menyelesaikannya dengan lebih baik dari orang lain. Ketika mereka dihadapkan pada situasi sulit tertentu, mereka selalu bisa menangani kesulitan itu dengan lebih baik dari orang lain. Ketika prestasi mereka dievaluasi, track record-nya lebih cemerlang dari kebanyakan orang. Seolah-olah, mereka benar-benar manusia paling ideal untuk pekerjaan yang ditanganinya. Itu membuat kita bertanya; "Mengapa Tuhan memberikan talenta begitu hebatnya kepada dia? Sedangkan kepada saya tidak. Jika saya diberkahi kemampuan yang seperti itu, pasti saya akan berprestasi seperti orang itu." Benarkah demikian?

Beberapa waktu lalu, saya merasakan bahwa kemampuan lap top saya sudah menurun sangat jauh sekali dari sebelumnya. Padahal, dia menggunakan processor yang pasti memadai untuk mendukung kinerja seorang perofesional. Kinerjanya yang semakin memburuk membuat saya tidak mampu menyembunyikan ketidaksabaran ini, sampai-sampai boss saya memergoki dan bilang; "Be patience Dadang, it is still processing…" katanya. "She has to perform faster if she still wants to work with me," saya menyahut. Tapi, kecaman saya tidak membuatnya bekerja lebih cepat. Padahal, saya sudah melakukan clean disk, dan juga defrag. Akhirnya, minggu lalu saya mengirim memo kepada teman-teman di BT, bahwa saya mau lap top yang bisa bekerja lebih cepat.

Tak lama kemudian, lap top itupun masuk ke dalam klinik untuk diperiksa para dokter spesialis computer, sebelum kembali keruang kerja saya beberapa jam berikutnya. Tahukah anda, bagaimana kinerjanya sekarang? Wuish, she runs like a flash! Sampai-sampai saya terkejut dibuatnya. Sehingga saya tidak sabar untuk bertanya;"Man, elo apain tuch lap top gue?"

Teman BT saya berkata;"Ditambah RAM-nya jadi dua kali lipat, Pak."
"Cuma begitu doank?"
"Iya. Hanya itu." Jawabnya.
Saya tahu dia bangga dengan hasil kerjanya. Dan saya sangat menghargai usahanya.
"Nggak elo ganti processornya?"
"Nggak Pak," katanya. "Masih bagus, kok." Lanjutnya.

Saat itu saya menyadari, bahwa processor adalah potensi atau kapasitas maksimal tentang apa yang bisa dilakukan oleh sebuah computer. Dalam diri manusia, itulah yang biasa kita sebut sebagai talenta atau bakat, alias kapasitas terpendam dalam diri seseorang.

Dalam computer, fungsi processor itu penting pada saat komputer sedang diaktifkan untuk bekerja. Ini menentukan sampai sejauh mana fungsi computer itu bisa dimaksimalkan. Bagi manusia, fungsi talenta itu penting pada saat kita sedang bekerja atau melakukan suatu aktivitas. Ini menentukan sampai setinggi apa kita bisa berprestasi.

Sekarang, RAM itu apa? Mengapa meningkatkan RAM dua kali lipat bisa menaikkan kinerja processor computer itu sedemikan bermaknanya? RAM adalah sebuah playing ground. Tempat dimana file-file ditarik dari hard disk dan siap untuk diaktifkan. Dioperasikan. Diolah. Dieksekusi. Ditambah gambar ini dan itu. Meskipun kemampuan prosesornya tinggi, namun jika RAM-nya terlampau kecil untuk menampung file-file yang sedang diaktifkan, maka kinerja computer itu akan menjadi sangat buruk. Dia tidak bisa menjadi computer canggih. Manusia juga demikian. Meskipun talentanya besar. Potensi dirinya tinggi. Namun, jika kapasitas playing ground-nya terlampau kecil untuk menampung seluruh potensi diri itu, maka kinerjanya akan buruk juga. Dia tidak akan bisa menjadi manusia unggul.

Ngomong-ngomong, bukankah kita seringkali berbangga hati dengan menyebutkan bahwa; "manusia adalah super computer?" Jika klaim itu benar adanya; bukankah seharusnya kita bisa lebih hebat dari computer tercanggih sekalipun? Mungkin itu benar jika konteks yang kita maksud adalah talenta atau potensi diri yang kita miliki. Sebab, kita percaya bahwa kemampuan otak kita saja konon baru digunakan tidak sampai 5% saja. Tetapi, jika kita berbicara tentang actualized individual potential, maka kita harus bertanya ulang. Mengapa? arena, kita sudah bertemu dengan begitu banyak orang yang sesungguhnya sangat berbakat, namun pencapaiannya tidak sampai kemana-mana. Sebab, orang-orang ini telah membiarkan playing ground-nya menjadi begitu kecil.

Pertanyaannya sekarang adalah; bagaimana caranya memperbesar playing ground diri kita? Ada banyak cara. Satu, melatih diri untuk sesuatu yang lebih tinggi. Berapa banyak dari kita yang bersedia menantang diri sendiri untuk menguasai keterampilan-keterampilan baru? Kenyataannya kita sudah cukup puas dengan kemampuan yang kita miliki saat ini. Melatih diri untuk sesuatu yang baru itu menguras tenaga. Membutuhkan waktu. Dan memerlukan komitment. Mengapa kita harus bersusah payah begitu jika kita sudah puas dengan keadaan sekarang?

Dua, meninggalkan comfort zone. Ada banyak peluang baru dalam jarak setengah sentimeter dari diri kita. Namun, untuk meraihnya kita harus bersedia keluar dari zona kenyamanan kita. Mungkin kita harus meninggalkan kestabilan menuju kepada hal yang tidak menentu untuk sementara waktu. Kita perlu menyesuaikan diri kembali. Kita harus merevisi asumsi-asumsi diri. Dan banyak hal lagi yang mesti kita ubah. Tetapi, berapa banyak dari kita yang bersedia meninggalkan comfort zone seperti itu? Jika kondisi sekarang sudah membuat kita enak, mengapa kita harus meninggalkan kenyamanan ini untuk sesuatu yang beresiko dan penuh teka-teki?

Tiga, bersedia membayar harganya. Ketika kita melihat orang lain berprestasi tinggi, seringkali kita hanya melihat hasil akhirnya saja. Yaitu, berupa pencapaian hebat orang itu. Lalu, kita berkata; "Beruntungnya dia. Tuhan telah berbaik hati memberinya talenta yang hebat." Kita tidak pernah tahu bahwa orang itu telah selama bertahun-tahun mengurangi jam tidurnya. Membuang kesenangannya bermain-main dengan game computer yang menyita begitu banyak waktu, tenaga dan biaya itu. Memeras pikirannya. Memaksa diri untuk berdisiplin tinggi. Dan hanya berfokus kepada hal-hal yang akan membawanya kepada peningkatan kualitas diri secara progresif.

Kita tidak pernah mengetahui semua kerja keras yang dilakukan oleh orang itu. Karena kita terlampau silau oleh hasil akhir yang dicapainya, sambil sesekali menelan ludah. Yang sebenarnya terjadi adalah; `Hanya setelah orang itu bersedia membayar semua harganya sajalah, dia baru bisa sampai kepada pencapaian itu.' Lagi pula, kalau pun kita tahu pahit dan sulit serta terjal berlikunya jalan yang harus dia tempuh; belum tentu kita mau mengikuti jejak langkahnya, bukan? Padahal, ketiga hal itulah yang sesungguhnya telah berhasil menjadikan playing ground-nya menjadi semakin besar. Sehingga kapasitas dirinya juga menjadi semakin besar. Semakin besar. Dan semakin membesar. Sehingga tidak heran jika orang itu bisa meninggalkan manusia-manusia kebanyakan jauh dibelakangnya.

Jika dalam computer kita menyebutnya RAM, bagaimana dengan manusia? Bolehkah saya menyebutnya HAM? Ya. HAM. Human Activated Memory. Yaitu, memory yang tersimpan dalam diri kita, yang bisa kita gunakan untuk berurusan dengan hal-hal yang kita hadapi secara spontan. Memori itu berbahan dasar talenta. Yaitu, potensi yang tersimpan didalam diri kita. Betul-betul dilatih dan diolah sampai menjadi kemampuan actual. Sehingga, kapan saja kemampuan itu dibutuhkan, kita bisa memanggil dan mendayagunakannya secara spontan.

Anda boleh saja mengklaim diri berbakat bermain piano, misalnya. Tapi, jika bakat itu tidak diasah dengan sungguh-sungguh. Maka klaim anda hanya akan menjadi bualan belaka. Permainan piano anda tetap saja jelek. Anda boleh saja mengklaim bahwa diri andalah yang paling layak mendapatkan promosi itu, bukan pesaing anda. Karena anda mengira bahwa anda lebih senior. Lebih pintar. Lebih rajin. Tapi, jika klaim anda itu tidak didukung oleh kapasitas actual yang bisa anda tunjukkan; maka anda tetap saja akan menjadi karyawan jelek. Dan hati anda juga jelek, karena dipenuhi rasa iri.

Anda juga boleh menganggap diri sendiri kurang berbakat. Jadi, wajar saja jika pencapaian anda biasa-biasa saja. Anda tidak dilahirkan untuk menjadi pemenang. Karena Tuhan memberi anda begitu banyak keterbatasan. Hey, wake up! Bangun, bung! Tidak ada manusia yang dilahirkan tanpa keterbatasan. Dan tidak ada manusia yang dilahirkan tanpa membawa pesan dan seoles kemampuan. Wake up and realize that YOU; don't need to be a perfect person to succeed. YOU, just need to accept yourself just the way you are. And start to enlarge your own playing ground. Your Human Actualized Memory. Your HAM. Would you?

Kamis, 21 Agustus 2008

MENUNTUT

"Menuntut" sudah menjadi sebuah gaya hidup yang sangat biasa kita lakukan.

Di gereja, kita "menuntut" seorang pembicara yang humoris dan menyenangkan. Kita menuntut suasana gereja yang tenang atau penuh energi saat penyembahan / paduan suara. Kita "menuntut" sarana gereja harus baik (tempat parkir harus luas, jalan harus gampang, ruang gereja harus ber-AC, jalan naik ke ruang gereja harus lewat lift / elevator, harus ada acara makan-makan - minimal menu Eropa atau Jepang - kalo acara gereja lebih dari 2 jam). Kalau tidak, minggu depan kita akan pindah ke gereja lain.

Pada Tuhan, kita "menuntut" pasangan hidup yang sempurna, yang mau memahami kita, yang seiman dengan kita. Kita "menuntut" diberi kehidupan yang baik, kaya, punya harta yang banyak. Kita "menuntut" Tuhan memberikan kelancaran pada bisnis kita, biar kangtaw selalu lancar dan banyak. Kita "menuntut" Tuhan selalu mendengar doa kita. Tidak jarang, agar "tuntutan-tuntutan" didengar Tuhan, kita bersikap bak anak umur 3 tahun : MENANGIS SEKENCANG-KENCANGNYA !!! Baik sambil berdoa, maupun bernyanyi (bahkan tidak jarang sampai pukul2 dada, meratap, mohon ampun sambil bersujud, meloncat-loncat, atau menggeleng-geleng kepala kayak orang kerasukan / trance). Saya suka ketawa jika lihat orang seperti itu. Jadi ingat anak saya yang berumur 3 tahun. Kalo permintaannya tidak dituruti, dia akan menangis sekencang-kencangnya, dan bertanya, "Mengapa Papa tidak membelikan saya permen? Mengapa Papa sejahat itu? Mengapa Papa tidak sayang saya lagi?" Ya... begitulah kita !!!! Gak jauh beda ya dengan anak umur segitu?

Di kantor, kita "menuntut" perusahaan memberikan fasilitas yang "layak" (komputer keluaran terbaru dengan kapasitas RAM, DDR, Harddisk yang paling besar, Motherboard yang super canggih, layar plasma atau flat berukuran 29" (kalo ada), jaringan LAN / WAN yang 'ces-leng' (yang gak pernah putus connection internet-nya), fasilitas mobil dari kantor, rumah, gaji yang tinggi dan pasti / wajib selalu naik minimal 50%, ruang kantor yang mewah dengan AC baru yang masih sejuk, bla-bla-bla). Kalau tidak dapat, kita akan kerja asal-asalan dan ogah-ogahan. Gak lama, keluar dan cari gawe lain yang bisa memberikan fasilitas yang kita inginkan.

Di lingkungan sekitar, kita "menuntut" banyak hal pada lingkungan. Kita menuntut pemerintah menurunkan harga BBM. Kita menuntut Pemerintah Daerah menaikkan Upah Minimum Regional dan Daerah. Kita menuntut pengadilan menghukum Jaksa Agung yang korup. Kita menuntut negara membubarkan Ahmadiah. Kekerasan menjadi pilihan ketika "tuntutan" kita tidak didengar. Kita pun sering "menuntut" pemerintah untuk memperhatikan sarana dan prasarana (jalan, selokan, penerangan, dll). Biar kalo banjir, rumah gak kebanjiran. Listrik jangan byar-pet aja. Air PAM ngocor terus. Tapi omong-omong.... sudah bayar pajak (PPh, PBB, PPN, Pajak Kebersihan, Pajak Sampah, Pajak Keamanan, dan Pajak2 lain) belom? Listrik dibayar sesuai gak? Nyuri listrik tetangga gak? Manipulasi meteran gak?

HARGA YANG HARUS DIBAYAR
Yang menyedihkan (sekaligus menyebalkan), kita sering lupa bahwa apa yang kita tuntut selalu ada harga yang harus dibayar. Tidak ada yang gratis. Kita bisa menuntut Gereja punya fasilitas yang baik. Kita menuntut gereja lebih perduli pada kita. Tapi apa kontribusi Anda pada gereja? Sudah aktif dalam persekutuan? Ikut perlawatan? Ada ngasih sumbangan? Ngasih bantuan dana pada pembangunan gereja, sekolah alkitab, pengembangan program gereja? Perpuluhan gimana? Lancar? Ngasih lebih atau benar-benar PAS sepuluh persen, atau malah kurang 1%? Atau hanya 2.5%, seperti rekan-rekan kita non-Kristen?

Begitu juga ketika kita berdoa pada Bapa. Kita selalu "menuntut" doa kita dijawab. Saya yakin, pada saat kita minta, Bapa pasti dan mampu menjawab langsung doa kita. Tapi sebelumnya, Dia akan selalu bertanya, "Apa yang bisa kau lakukan pada-Ku?"

Ya.... Tidak hanya Tuhan dan Gereja, tetapi di mana pun. Ketika kita menuntut sesuatu, pasti ada harga yang harus kita bayar dan semuanya harus KONTAN. Sudah bukan rahasia lagi bahwa di dunia ini berlaku hukum ekonomi bahwa "Harga gak bohong". Artinya, ketika menuntut barang atau perlakukan yang terbaik, kita sudah harus tahu bahwa ada harga yang cukup tinggi yang harus kita bayar dulu sebelum tuntutan kita terpenuhi.
Seorang rekan saya, baru-baru ini mendatangi pimpinan dan mengeluh karena fasilitas yang dia peroleh sangat minim, sehingga dia tidak bisa produktif. Pimpinan saya dengan arif bertanya padanya, "Fasilitas apa sebenarnya yang Anda butuhkan?"

Dengan berapi-api, rekan saya berkata," Gini, Pak. Saya kan Marketing. Bapak tahu mobilitas saya tinggi. Maka saya butuh laptop agar tiap kali komunikasi, saya bisa langsung update ke kantor. Saya juga butuh hp. Yang 3G, punya foto, blue-tooth, dan punya koneksi internet yang cepat. Jadi kalo ada produk yang dibutuhkan Buyer, saya tinggal foto, dan kirim pada divisi lain untuk di-follow up. Semuanya jadi bisa sangat cepat. Saya juga butuh pulsa tidak terbatas, agar informasi yang saya berikan tidak terhenti dan terus ter-update. Gitu aja, Pak. Sebenarnya saya "bisa" kerja lebih efektif buat Bapak JIKA fasilitas itu terpenuhi."

Pimpinan saya tersenyum, "Oke kalo gitu. Gak masalah. Dua hari ini akan saya siapkan. Tapi pertanyaan saya : berapa omset yang BISA Anda berikan bagi perusahaan setelah ada fasilitas itu?"

"Belum tahu, Pak. Selama fasilitas belum ada, saya belum bisa memberikan komitmen omset buat Bapak."

"Berapa klien yang BISA Anda berikan bagi perusahaan."

"Belum tahu, Pak. Kan...."

"Oke... oke. Berapa efektif Anda BISA bekerja buat saya? Anda siap setiap saat saya butuh Anda? Anda mampu bekerja 24 jam bersama saya? Anda bisa hadir kapan pun dan di mana pun saya butuhkan?"

"Oh... eh... itu..., "rekan saya jadi ragu. "Susah ya, Pak. Kan saya manusia seperti Bapak. Saya punya kehidupan pribadi. Butuh istirahat. Butuh sosialisasi. Jadi gak mungkin waktu saya semua untuk perusahaan."

Pimpinan saya tertawa. "Jadi apa dong kontribusi kamu buat perusahaan? Ini gak bisa, itu gak mau, ini-itu gak tahu. Bisanya minta melulu."

INILAH KITA....
Ya... inilah gambaran kita. Kita sering kali bisanya menuntut saja. Tapi ketika diminta "membayar" harga untuk tuntutan itu, kita gak bisa dan gak mau. Jadi bisanya apa dong?

Beberapa waktu lalu, mungkin Anda juga dengan para pekerja perusahaan rokok terbesar di Jawa Timur demo karena minta uang jasa pada perusahaannya. Padahal uang jasa itu diberikan pada karyawan yang telah bekerja lebih dari 5 tahun dan mengajukan pengunduran diri (sesuai UU Tenaga Kerja No. 13 tahun 1991). Mengapa perusahaan tidak memberikan uang jasa? Karena, jika uang jasa diberikan, artinya perusahaan melakukan PHK massal. Jika para pekerja menuntut uang jasa diberikan, artinya mereka siap mengundurkan diri. Pertanyaan : Apa mereka sudah benar-benar siap? Rasanya cukup bodoh jika mereka harus melepas mata pencarian tetap yang senilai minimal Rp 600 ribu / bulan hanya demi uang jasa sebesar Rp 300 ribu yang hanya akan mereka terima satu kali untuk selamanya.

Pada Tuhan pun sama. Yang belum menikah seringkali berdoa minta Tuhan memberikan jodoh yang "sempurna". Tapi kita tidak pernah sadar, apakah kita sendiri sudah sempurna? Kita menuntut calon kekasih kita adalah orang yang takut pada Tuhan dan mencintai kita sepenuh hati. Kita sendiri gimana? Sudah takut pada Tuhan? Sudah perduli sepenuh hati pada sesama, atau hanya sekedar melaksanakan "tugas pelayanan"? Yakin sudah melaksanakan sepenuh hati? Coba sebutkan nama 10 orang yang Anda layani dalam minggu ini. Apa masalah dan harapan mereka? Bagaimana kehidupan keluarganya? Anggota keluarganya sudah percaya Tuhan semua? Mereka sudah Anda doakan dan bawa dalam doa shafaat harian? Semuanya? Setiap hari?

Jika kita saja tidak mampu "membayar" apa yang kita tuntut pada Tuhan, apa mungkin Tuhan memberikan sesuai yang kita mau? Karena itulah, kita selalu diajar untuk meminta "sesuai kehendak-Nya", karena kita sendiri tidak mampu "membayar" apa yang kita "tuntut" pada Tuhan.

Janganlah menjadi orang yang bisanya menuntut saja. Ingatlah, ketika kita menuntut sesuatu - entah apapun dan pada siapapun - ada harga yang harus kita bayar. Jika Anda pasti bisa membayarnya, niscaya, tuntutan Anda akan didengar dan langsung dijalankan. Tapi jika tidak mampu.... jangan harap tuntutan Anda didengar.

Tuhan memberkati.
GBU, Constantine.

Selasa, 12 Agustus 2008

LOMPATAN SI BELALANG

Di suatu hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda ini adalah belalang yang lompatannya paling tinggi diantara sesama belalang yang lainnya. Belalang muda ini sangat membanggakan kemampuan lompatannya ini. Sehari-harinya belalang tersebut melompat dari atas tanah ke dahan-dahan pohon yang tinggi, dan kemudian makan daun-daunan yang ada di atas pohon tersebut. Dari atas pohon tersebut belalang dapat melihat satu desa di kejauhan yang kelihatannya indah dan sejuk. Timbul satu keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi kesana.

Suatu hari, saat yang dinantikan itu tibalah. Teman setianya, seekor burung merpati, mengajaknya untuk terbang dan pergi ke desa tersebut. Dengan semangat yang meluap-luap, kedua binatang itu pergi bersama ke desa tersebut. Setelah mendarat mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu. Akhirnya mereka sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu bertanya kepada anjing,"Siapakah kamu, dan apa yang kamu lakukan disini ?" "Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa ini" jawab anjing dengan sombongnya. Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi "Hmm, tidak semua binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi diantara kita". "Baik", jawab si anjing. "Di depan sanaada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa melompati pagar tersebut".

Keduanya lalu berbarengan menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat, dan berhasil melompati pagar yang setinggi orang dewasa tersebut tersebut. Kesempata n berikutnya adalah si belalang muda.Dengan sekuat tenaga belalang tersebut melompat. Namun ternyata kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar tersebut, dan kemudian belalang itu jatuh kembali ke tempatnya semula. Dia lalu mencoba melompat lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula.

Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata ,"Nah belalang, apa lagi yang mau kamu katakan sekarang ? Kamu sudah kalah"."Belum", jawab si belalang. "Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan. Beranikah kamu sekarang jika saya yang menentukan tantangan kedua ?" "Apapun tantangan itu, aku siap" tukas si anjing. Belalang lalu berkata lagi, "Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di tempat. Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, dari diukur dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya".

Anjing kembali yang mencoba pertama kali. Dari hasi l lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat setinggi empat kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi setengah dari
lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya. Dan belalang pun menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri belalang dengan rasa kagum. "Hebat. Kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya belum ada. Kita masih harus mengadakan lomba ketiga", kata si anjing. "Tidak perlu", jawab si belalang. "Karena pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standard perlombaannya. Pada saat lomba pertama kamu yang menentukan standard perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba kedua saya yang menentukan, saya pula yang menang.

INTINYA ADALAH, SETIAP DARI KITA MEMPUNYAI POTENSI DAN STANDARD YANG BERBEDA TENTANG KEMENANGAN. ADALAH TIDAK BIJAKSANA MEMBANDINGKAN POTENSI KITA DENGAN YANG LAIN.

KEMENANGAN SEJATI ADALAH KETIKA DENGAN POTENSI YANG KITA MILIKI, KITA BISA MELAMPAUI STANDARD DIRI KITA SENDIRI.

REFLEKSI :
Seberapa tinggikah kita `melompat' ?
Dalam kehidupan, seringkali tanpa sadar kita mencoba membandingkan kemajuan dan perkembangan diri kita dengan standard orang lain. Membandingkan pendapatan kita dengan orang lain, pekerjaan kita dengan pekerjaan orang lain, salary kita dengan salary orang lain, barang-barang yang kita miliki dengan barang orang lain, kesuksesan yang kita miliki dengan kesuksesan orang lain, karir kita dengan karir orang lain dlsb...

Dan seringkali lebih banyak kekecewaan daripada kebahagiaan yang didapat. Mengapa ? Karena kita masing-masing dilahirkan dengan potensi yang berbeda, dengan bakat yang berbeda, dalam lingkungan yang berbeda, dan cara pandang yang berbeda tentang kehidupan.

Cara yang tepat untuk mengukur seberapa jauh diri kita telah berkembang dan maju, adalah membandingkan diri kita saat ini dengan diri kita dimasa lalu.

Apakah Kita hari ini lebih kaya dibanding setahun yang lalu ? Apakah Kita hari ini lebih bisa mengontrol emosi dibanding bulan lalu ? Apakah Kita hari ini lebih sehat dibanding kemarin ? Apakah Kita hari ini lebih bijaksana dibanding setahun yang lalu ?

Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain, namun kemenangan atas diri sendiri.

Mari kita buat diri kita hari ini selalu lebih baik dari hari kemarin.

Rabu, 02 Juli 2008

TUHAN TIDAK PINTAR MATEMATIKA

Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat menyimpulkan satu hal: Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar matematika. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho. Banyak bukti empiris yang mendukung kesimpulan saya ini.
Sebagai seorang "fresh graduate", saya tak mungkin mengharapkan penghasilan tinggi dalam waktu sekejap. Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati. Saya lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman seangkatan saya, tapi mampu "memuaskan" idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya kalah telak darinya.

Saya sempat jengkel sebentar. Bagaimana tidak. Selama bermahasiswa, sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia. Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan satu hal yang luar biasa. Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan untuk mengirim adik ke bangku kuliah. Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan saya. Lalu darimana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu? wah, ya dari berbagai sumber. Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin. Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika. Lha wong seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman. Ia mengaku kalau semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang. Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas. Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis. Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung.

Aneh bukan? Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan. Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih sisa. Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok. Buat saya, kalau dilihat dari logika manusia Dia memang tidak pintar matematika. Mungkin murid saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia. Tapi satu hal yang harus digarisbawahi: MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA. Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan. Tapi kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian:

X= Y
dimana
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita. Tanpa kita minta pun, Dia sudah "menghitung" kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang "sukses" dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan Tuhan yang mengatur. Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya. Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

-Peace-

Kamis, 19 Juni 2008

Anakku, Aku Tidak Ingin Sampai Kehilngan Engkau

Ada sebuah keluarga yang mempunyai empat orang anak laki-laki. Keluarga ini sangat berbahagia dan harmonis sekali. Setiap hari bapak, ibu beserta keempat anak laki-laki mereka selalu bergembira dan bersukacita. Setiap kali sang ayah pulang dari kantor, si ibu beserta keempat putranya selalu sudah siap menyambut sang ayah dengan penuh sukacita. Setiap malam mereka berenam selalu duduk bersama-sama di meja makan keluarga, saling membagi pengalaman masing-masing setelah seharian mereka melakukan aktifitas masing-masing. Kebahagian mereka itu rasanya tidak dapat diusik oleh siapapun juga.

Sampai suatu hari, sesuatu yang tidak diinginkan dan sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh mereka terjadi. Si bungsu yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) mengalami suatu kecelakaan dan meninggal seketika. Ketika berita duka ini sampai kepada ayah, ibu dan ketiga kakak laki-laki si bungsu tersebut, mereka sempat shock. Mereka seakan-akan tidak dapat menerima kenyataan yang telah terjadi. Mulai saat itu rumah mereka yang biasanya selalu dipenuhi dengan keceriaan mulai berganti dengan suasana dukacita yang sangat mendalam. Seluruh anggota keluarga seakan-akan terlarut dalam suasana berkabung yang mendalam. Yang kelihatannya paling terpukul dengan kematian si bungsu adalah sang ayah.

Ketika diadakan acara penguburan si bungsu, banyak orang yang datang untuk menyatakan rasa turut berdukacita atas kematian si bungsu. Setelah acara pemakaman selesai, sahabat baik sang ayah yang baru saja datang dari luar negeri berusaha menghibur sang ayah dengan kata-kata yang menguatkan. Berbagai cara ia lakukan setiap hari supaya dapat mengurangi kesedihan hati sang ayah, tetapi semuanya itu sia-sia saja. Sang ayah kelihatannya begitu terpukul dan sedih sekali dengan kematian putra bungsunya. Setelah merasa semua usahanya sia-sia akhirnya sang sahabat memutuskan untuk pulang kembali ke rumahnya di luar negeri .

Waktu seakan-akan berlalu dengan begitu cepat, tanpa terasa tahun berganti dengan tahun. Karena kesibukan di dalam pekerjaannya sang sahabat tidak sempat menelepon atau menulis surat untuk menanyakan keadaan sang ayah. Sepuluh tahun berlalu sudah sejak tragedi tersebut terjadi, ketika suatu hari sang sahabat ingat kembali peristiwa menyedihkan yang dialami sang ayah. Karena merasa sangat rindu untuk bertemu dengan temannya dan menanyakan keadaannya sekarang, sang sahabat memutuskan untuk mengunjungi temannya lagi seperti sepuluh tahun yang lalu. Dengan perasaan gembira sang sahabat menelepon temannya untuk memberi kabar bahwa ia akan mengunjunginya lagi dan minta dijemput di bandar udara.

Setelah melewati penerbangan yang jauh dan melelahkan akhirnya tibalah sang sahabat di kota yang dituju. Setelah turun dari pesawat dari kejauhan sang sahabat melihat sang ayah, istri dan ketiga anaknya sudah menunggu untuk menjemputnya. Dengan perasaan gembira kedua sahabat ini bersalaman dan berpelukan sambil menanyakan keadaan mereka masing-masing.

Beberapa saat kemudian mereka telah tiba di rumah yang dihuni keluarga sang ayah. Setelah sepuluh tahun tidak melihat rumah temannya, sang sahabat agak asing dengan rumah tersebut. Ia melihat banyak sekali perubahan telah terjadi atas bangunan rumah tersebut. Interior luar dan dalam rumah beserta perabot-perabotnya semuanya telah berubah sama sekali. Rumah sang ayah sekarang kelihatannya lebih bagus dan nyaman. Dengan senang dan bangga sang ayah mulai mengajak sahabatnya untuk melihat-lihat rumahnya yang sudah di renovasi tersebut. Ruangan demi ruangan ia tunjukkan kepada sahabatnya tersebut. Sang sahabat semakin terheran-heran melihat perubahan atas setiap ruangan yang ada. Semuanya tidak ada yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu, semuanya telah berubah.

Akhirnya sampailah sang ayah Dan sahabatnya di ruangan belakang rumah yang merupakan tempat untuk bersantai semua anggota keluarga. Karena sang sahabat merasa lelah akhirnya mereka berdua duduk di kursi sofa keluarga yang nyaman sambil terus bercakap-cakap. Saat itu tiba-tiba pandangan mata sang sahabat tertuju ke salah satu sudut yang ada di ruangan itu. Lama ia terus menatap sudut ruangan itu sambil terdiam, sampai sang ayah bertanya kepadanya apa yang ia pikirkan

Dengan rasa penuh ingin tahu sang sahabat mulai bertanya: "Temanku aku sudah melihat-lihat setiap ruangan yang ada di rumahmu dan ternyata semuanya mengalami perubahan dan renovasi, tidak ada satu ruangan pun yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Tetapi aku heran sekali kenapa ruangan itu kelihatannya masih tetap sama seperti sepuluh tahun yang lalu dan tidak ada perubahan sama sekali?", kata sang sahabat sambil menunjuk jarinya ke pintu kamar si bungsu.

Kemudian ia berkata lagi: "Sepuluh tahun yang lalu ketika anakmu yang bungsu meninggal engkau begitu sedih sekali, tetapi mengapa sampai sekarang kamar si bungsu masih engkau biarkan tetap ada dan tidak berubah seperti sepuluh tahun yang lalu, bahkan di pintu kamarnya masih tetap tertulis nama anakmu yang sudah meninggal tersebut? Bukankah hal ini justru akan membuatmu selalu teringat kepadanya dan akan membuatmu semakin sedih?

Apakah sebaiknya tidak engkau renovasi saja dan ganti untuk sesuatu yang lain kamar sibungsu ini? Sebaiknya tidak usah dipikirkan lagi semua kejadian yang sudah berlalu. Bukankah engkau masih mempunyai tiga orang anak laki-laki lainnya yang begitu baik dan sekarang sudah besar-besar? "

Mendengar pertanyaan sang sahabat, raut muka sang ayah yang tadinya gembira seketika berubah. Sambil menitikkan air mata sang ayah berkata : "Memang benar aku masih mempunyai tiga orang anak laki-laki yang lain. Mereka bertiga itu begitu baik, taat dan mencintai aku tetapi bagaimanapun juga anakku tetap empat orang. Meskipun si bungsu sudah meninggal tetapi dia adalah tetap anakku dan sampai kapanpun juga aku tetap tidak akan pernah bisa melupakan dia. Meskipun ia sudah meninggal tetapi ia tetap akan selalu hidup di dalam hatiku. Sampai sekarang setiap kali aku memikirkan dia aku selalu sedih, aku merasa sangat kehilangan dia."

Cerita ini mengambarkan betapa besarnya kasih sayang seorang ayah duniawi kepada anaknya yang sudah meninggal. Kalau ayah duniawi saja yang penuh dengan kelemahan bisa sampai begitu sa yang kepada anaknya apalagi Bapa Surgawi kita yang sempurna pasti Dia jauh lebih menya yangi lagi kita setiap anak-anakNya. Yohanes 3:16 mengatakan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Bapa Surgawi kita begitu mengasihi kita sampai-sampai ia tidak ingin kita terpisah dariNya dan kehilangan kita anak-anakNya. Seperti sang ayah di dalam cerita tersebut yang begitu kehilangan anaknya yang bungsu demikian juga dengan Bapa Surgawi kita, Dia akan sedih sekali dan merasa kehilangan kita jika kita sampai men yang kali Dia.

Sadarkah saudara bahwa setiap kali saudara berbalik dan undur dari padaNya hal tersebut begitu menyakitkan Tuhan, apalagi jika saudara sampai men yang kal Yesus dan murtad, itu seperti menghancurkan hati Bapa Surgawi kita karena Dia akan kehilangan saudara sampai selama-lamanya. Karena itu apapun yang terjadi di dalam hidup saudara jangan sampai saudara men yang kal nama Yesus dan meninggalkan Tuhan.

Dia berkata: "AnakKu Aku sangat mengasihimu. Begitu besarnya kasihKu padamu sampai Aku rela memberikan Yesus, AnakKu yang Kukasihi untuk menebus dosa-dosamu. Begitu dalamnya kasihKu padamu sampai Aku memilih untuk menjadi Bapa Surgawimu dan memilih engkau untuk menjadi anakKu. Aku melakukan semuanya itu karena Aku ingin selalu bersama-sama dengan engkau sampai selama-lamanya. Aku tidak ingin kehilangan engkau. Aku sudah menyediakan tempat untukmu di surga supaya kita bisa selalu bersama-sama untuk selamanya. Sudah berulang kali hatiKu disakiti dan dihancurkan oleh anak-anakKu yang men yang kali nama Yesus dan murtad.

Tegakah engkau melukai hatiKu sekali lagi?"

Kalau saudara benar-benar mengasihi Tuhan, saya percaya saudara dapat menjawab pertanyaan Bapa Surgawi ini!

"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 8:35,39)

Senin, 28 April 2008

PERNIKAHAN YANG BERHASIL

Untuk membangun pernikahan yang berhasil dibutuhkan beberapa faktor pendukung antara lain:

1. Saling Mendengarkan
Kelemahan terbesar dalam berkomunikasi dengan pasangan adalah terlalu cepat memberikan jawaban. Jadilah pendengar yang baik terhadap pasangan anda, tanpa memberikan tanggapan yang terlalu cepat. Mendengarkan cerita pasangan dapat menekan pertengkaran dan melanggengkan pernikahan.

2. Saling Menyentuh
Pengamatan saya dalam masyarakat,hal ini jarang dilakukan bila usia pernikahan sdh mencapai 5 tahun keatas. Tetapi ada juga pasangan yang berhasil,dimana mereka saling menyentuh, berangkulan, berpelukan, saling melingkarkan lengan, duduk bersentuhan saat menonton TV. Pasangan terlihat mesra dan bahagia. Sentuhan yang tidak bersifat seksual menuntun kepada keintiman yang murni.

3. Saling Memberi Semangat Lewat Kata-kata
Memberi semangat adalah makanan bagi hati. Setiap pasangan memiliki simpanan emosi.Kita harus memberi semangat bila melihat pasangan kita bersungut-sungut setelah pulang kerja atau memberi dorongan saat mereka sedih. Pasangan yang berhasil menciptakan lingkungan yang positif. Mereka tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengungkapkan rasa syukur. "Saya suka caramu menata rambutmu". "Masakanmu enak” Pujian yang jujur, bukan dibuat-buat supaya pasangan senang. Itu sama dengan munafik

4. Saling Menerima Tanpa Syarat
Cinta penerimaan tanpa syarat adalah dasar yang penting dalam pernikahan yang berhasil. Kebutuhan paling kuat dari pria/wanita adalah saling dan sungguh2 peduli. Mereka tidak akan merasa ditolak jika mereka tidak memenuhi seperangkat standard. Mereka saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangan.

5. Saling Berkomitmen
Kata "perceraian" dilarang untuk diucapkan, tidak jadi soal seberapa kecewanya atau marahnya salah seorang dari mereka. Mereka harus membuat kesepakatan bagaimana "bertengkar secara adil" didalam situasi penuh damai. Mereka berusaha membiarkan hal2 kecil berlalu, berkomitmen yang aktif untuk menginginkan yang terbaik bagi pasangannya, membantu mereka bertumbuh sebagai seorang pribadi.Pastikan untuk saling berdoa.

6. Habiskan Waktu Bersama-sama
Pasangan yang berhasil, menghabiskan waktu bersama-sama, mengembangkan minat bersama berolahraga, membaca Alkitab atau berbagai permainan.

7. Keuangan Diurus Bersama Untuk Masa Depan
Masalah keuangan menciptakan lebih banyak stress dalam pernikahan dibandingkan ancaman lain dari luar. Jauhkan pemborosan dan berhematlah untuk masa depan.
Gaya kehidupan pasangan memegang peranan penting, karena menyangkut materi yang harus dikeluarkan. Bila kita bersikap selebrities, padahal keuangan tidak mendukung, ini memaksa pasangan berhutang untuk memenuhi seleranya. "Berhutang itu bodoh". Hidup hemat adalah kehendak Tuhan,tetapi hidup boros membawa kesengsaraan. Jangan disamakan,"hemat itu kikir" Hemat adalah tidak keberatan mengeluarkan dana untuk kepentingan diri sendiri, tetapi kikir itu, sangat sulit mengeluarkan dana untuk kebutuhan diri sendiri.

8. Saling Tertawa Bersama.
Obat bagi kebosanan dalam pernikahan adalah humor segar. Jika pasangan anda menceritakan yang lucu, tertawalah. Jika diantara pasangan anda tidak ada yang lucu, sebaiknya menonton film-film lucu dan hadir diantara teman2 yang lucu.

9. Jadilah Sahabat Terbaik Bagi Pasangan
Satu2nya yang dapat anda andalkan sepenuhnya adalah pasangan anda. Jadikan pasangan anda sebagai prioritas utama. Pasangan yang berbahagia berpegang untuk menghabiskan waktu bersama-sama sebagai sahabat. Saling berbagi rahasia. Saling menikmati keberadaan, sebab mereka adalah"satu daging"

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:6)

Kamis, 17 April 2008

Perkara kecil Menyatakan Kuasa Besar
... karena yang menyertai kita adalah ALLAH YANG BESAR

Jangan mengabaikan hal-hal kecil yang Tuhan berikan kepadamu dan jangan menolak perkara kecil yang Tuhan mau engkau kerjakan. Karena semua itu adalah awal dari perkara besar yang akan Tuhan nyatakan dalam hidupmu.

Yang paling sering diabaikan dan tidak mendapat perhatian dalam kehidupan kita adalah sesuatu yang kita anggap "kecil dan tidak berarti" Namun demikian, Allah kita adalah Allah yang besar yang dapat menyatakan kuasa-Nya melalui hal-hal yang kecil.

I. YANG KECIL YANG MENJADI BERKAT (Matius 14:13-21)
Yesus memakai lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang. Ketika Yesus menyuruh para
murid memberi orang banyak itu makan, mereka berkata "Yang ada pada kami di sini HANYA lima roti dan dua ikan" Tetapi apa kata Yesus? "BAWALAH KEMARI KEPADAKU". Terkadang kita pun demikian, merasa sangat kecil dan tidak memiliki apa-apa untuk dapat memberkati dunia ini padahal dunia saat ini sangat membutuhkan kita. Yesus berkata "apa yang ada pada kamu, bawalah kemari kepada-Ku" Jangan takut jika engkau hanya memiliki "lima roti dan dua ikan" (sangat terbatas dalam segala hal) Yang perlu kita lakukan adalah
menyerahkannya kepada Tuhan, dan ditangan-Nyalah semua akan diubahkan dan dilipatgandakan untuk menjadi berkat bagi dunia ini.

II. YANG KECIL YANG MENDATANGKAN BERKAT (I Raja-raja 17:7-16)
Janda di Sarfat kemudian melihat dan menikmati berkat Tuhan dalam hidupnya. Tetapi semua dimulai dari ketaatannya kepada perkataan Elia ". buatlah TERLEBIH DAHULU bagiku sepotong roti bundar KECIL dan BAWALAH KEPADAKU,." Mendahulukan Tuhan lewat hal-hal yang kecil akan melatih kita untuk lebih
setia melalukan hal besar. Bagaimana dengan pelayanan yang selama ini Tuhan percayakan kepada saudara? Kesetiaan pada hal-hal yang kecil dalam pekerjaan Tuhan, akan menyentuh hati Allah untuk memberkati saudara. Allah tidak meminta yang besar, Dia akan mulai dari ketaatan kita pada hal-hal yang kecil. Perkara yang besar tidak akan dipercayakan kepada kita, sampai Dia melihat bahwa kita telah setia pada hal-hal yang kecil. Mari belajar untuk mendahulukan Tuhan sekalipun itu hanya lewat "sepotong roti bundar yang kecil" . Dan kita akan melihat betapa Allah memperhitungkan "yang kecil" yang kita kerjakan "terlebih dahulu" bagi Dia.

III. YANG KECIL YANG MENYATAKAN KUASA ALLAH (I Samuel 17:40-58)
Daud mengalahkan Goliat hanya dengan "sebuah batu kecil" Mengapa bisa terjadi? Karena Daud mengenal betul siapa Allah yang dia percaya. Daud berkata ". tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam." Dan akhirnya ALLAH YANG BESAR memakai "BATU KECIL + DAUD KECIL" untuk mengalahkan musuh!.Musuh sebesar apa yang sedang saudara hadapi saat ini. Bukankah yang kecil bagi dunia ini akan dipakai oleh Tuhan untuk mengalahkan yang hebat? Jangan mengatakan engkau kecil dan menjadi takut dengan pergumulan besar, karena bersama dengan engkau yang kecil ada ALLAH YANG BESAR !!!
KUTU-KUTU KUCING

Saya punya kebiasaan, setiap pagi berdoa rosario sambil jalan2 di kebun samping, 3 in 1 ceritanya sambil berdoa juga berolah raga & melihat pohon2, jeruk, sawo, pisang, jambu, singkong, kacang tanah, kacang panjang, anggrek dll, senang serta damai sekali rasanya & waktu pohon2 itu berbuah, banyak yang bilang rasanya lebih enak, habis didoakan setiap hari sih, hehe......

Apa mau dikata, beberapa waktu yang lalu, habis dari kebun, kaki saya gatal2 luar biasa, obat apapun tidak mempan, akhirnya ketahuan bahwa saya digigit kutu kucing, memang ada beberapa kucing liar yang kos gratisan dikebun & ternyata begitu kucing itu hamil & punya anak jadi banyak kutu dimana saya yang kena gigitannya jadi gatel luar biasa, satu2nya cara untuk mengurangi gatalnya adalah dengan air panas yang dicampur dettol & dengan kapas ditempelkan pada bagian yang bengkak bekas gigitan kutu itu, mak nyesss....rasanya, panas, perih tapi hilang gatalnya, anehnya yang rentan kena gigitan kutu itu cuma saya sendiri sedangkan 2 pembantu, keluarga & teman2 yang menginap disini tidak ada yang gatal2 kena kutu itu tuh, entah kutunya yang tidak doyan atau gigitan itu tidak mengakibatkan apa2 pada mereka,

Berikutnya kaki saya jadi seperti anak2 jalanan, penuh luka & bekas2 luka yang susah sembuhnya, jadi saya tidak bisa ke kebun untuk sementara sampai anak2 kucingnya besar & pindah kos ketempat lain, beberapa kali juga saya panggil tukang semprot hama, tapi selain mahal juga kurang efektif karena kutunya gak mati, malahan takutnya tanaman yang ikut terganggu kena semprot racun2 itu, jadi kemarin ini saya minta orang untuk menangkap kucing2 itu & membawanya ketempat yang jauh

Didalam kehidupan ini, masalah yang mirip dengan kutu kucing ini juga seringkali saya hadapi. Kadang saya jadi "sakit" berada dalam suatu lingkungan tertentu, jadi beberapa kali saya harus melarikan diri, menghindar dari lingkungan & orang2 itu supaya saya tidak "sakit" yang berlarut2, sebab berbeda dengan kucing yang bisa ditangkap & dibuang, orang2 yang menyakiti kita tidak mungkin kita tangkap & buang kan, jadi sayalah yang harus pergi & menyingkir dari tempat itu supaya aman dan sedihnya, kita terhindar bukan hanya dari orang yang menyakiti kita saja tapi dari yang lainnya juga seperti yang terjadi ketika saya harus meninggalkan pekerjaan yang telah saya jalani selama 16 tahun, untungnya waktu itu juga terdengar "suara" sesudah semua anugerah yang Kuberikan padamu, relakah kau meninggalkan semuanya untukKu? Jadilah saya meninggalkan semua teman & pekerjaan yang saya senangi & sudah jalankan selama 16 tahun untuk mencari kesembuhan & kedamaian. Aku yang minta engkau meninggalkan pekerjaan itu, Aku juga yang akan memberikan pekerjaan yang akan kau senangi nanti dan hal itu terjadi. Tuhan memberi saya pekerjaan yang lebih memberi kepuasan batin padaku walaupun pekerjaan ini tidak menghasilkan harta duniawi.

Beberapa tahun saya menjalani pekerjaan yang baru dengan segala suka dukanya sampai kutu2 kucing itu kembali menggigit & meninggalkan bekas2 luka dan kembali saya harus meninggalkan semuanya. Tinggalkan semuanya begitu suara itu terdengar lagi, saya sempat protes, bagaimana ini? Lalu saya harus apa? Saya sempat tidak mau menuruti "suara" itu, saya tidak mau kehilangan semua temanku lagi, pasti suara itu salah.......pasti salah......tapi karena gigitan kutu2 itu semakin banyak & menyakitkan, maka kembali saya tinggalkan semuanya supaya saya sembuh dan saya merasakan kedamaian walau sendirian, sendiriii.......alone....tapi untungnya tidak lonely karena Tuhan selalu menemani sampai atas bimbingan Roh Kudus, saya beli & belajar komputer ini dan Tuhan menggantinya dengan teman2 yang baru dan berlipat kali lebih banyak dari sebelumnya serta pekerjaan yang lebih memberikan kebahagiaan & kepuasan batin.

Tidak selalu kutu2 kucing itu mencelakakan. Tidak selalu musibah itu mematikan. Selalu ada hikmah dibalik semua musibah. Ada cahaya dibalik kegelapan yang menimpa kita. Semoga kita dapat menghadapi semua kutu2 kucing yang menggigit & menyakiti diri kita, setidaknya dapat melihat hikmah dibalik gigitan kutu2 nakal itu, hehe......

Dalam renungan karena baru digigit kutu kucing lagi,
Cinere,
18 April 2008
I n g e

Senin, 14 April 2008

Tinggalkan Daerah Kenyamanan Anda

Bacaan: Kejadian 12:1-9

Pergilah dari negerimu ... ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.- Kejadian 12:1

Abraham sudah gila, demikian komentar saya. Apakah bukan gila namanya jika ia memilih keluar dari kenyamanan dan memulai petualangan baru di usia 75? Sadar dong, Anda tidak muda lagi. Hidup Anda mapan dan berkemewahan. Anda sudah menjadi orang terpandang. Anda tinggal di Ur, yang notabene kota metropolis di daerah Mesopotamia. Apa lagi yang Anda cari? Bukankah ini waktunya menikmati usia senja? Paling tidak, itulah beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan kepada Abraham. Dengan keyakinan penuh dan tatapan semangat Abraham akan menjawab, “Tempat yang dijanjikan Tuhan jauh lebih baik daripada semua kenyamanan ini.”

Anda pernah mendengar Albert Schweitzer? Penerima Nobel perdamaian 1935, seorang filsuf hebat, musikus tenar, dan teolog kondang. Ia sudah mencapai puncek kesuksesannya pada usia 27 tahun. Meski demikian hatinya terusik melihat masyarakat Afrika yang kondisi kesehatannya sedemikian menyedihkan, sehingga ia memutuskan untuk masuk sekolah kedokteran dan pergi ke Afrika sebagai relawan medis sampai berpuluh-puluh tahun lamanya.

Dua contoh tersebut di atas cukup menggambarkan orang-orang yang anti kenyamanan dan anti kemapanan. Demi menggenapi rencana Tuhan, mereka berani meninggalkan zona nyamannya dan harus beralih ke zona penuh tantangan. Tak heran kalau kemudian sejarah mengukir nama mereka. Jujur saja, saya kadangkala takut untuk meninggalkan zona kenyamanan saya. Mungkin tidak hanya saya, namun sebagian besar dari antara kita juga demikian. Apapun akan kita lakukan, asal itu tidak mengusik daerah nyaman kita. Mau saya berikan contoh yang lebih sederhana dan spesifik?

Soal melayani. Bukankah lebih nyaman menjadi jemaat saja? Memutuskan aktif melayani Tuhan sama saja cari penyakit. Seringkali bukan pujian yang kita dapat, sebaliknya justru kritikan, kecaman, gosip bahkan harus menelan pil-pil pahit yang tak seharusnya kita minum. Soal menolong sesama. Diam lebih aman daripada mengulurkan pertolongan dengan resiko dikecewakan atau dalam peribahasa Jawa dikatakan, nulung malah kepenthung. Soal menanggapi panggilan Tuhan dalam hidup kita. Tak jarang hal ini membutuhkan keberanian kita untuk keluar dari daerah nyaman kita menuju daerah yang penuh tantangan. Apakah kita berani? (Kwik)

Jumat, 11 April 2008

LIFE

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama. Ketika tiba hari, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng coca cola pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.

Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana . Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan
dari pelanggan. Dan ketika keluarkan, kaleng ini dikeluarkan besama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan
dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama?

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP. Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

(Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA.

Kamis, 10 April 2008

KEBAHAGIAAN DALAM SEMANGKUK BUBUR

Berasnya adalah beras ketan, kualinya adalah kuali tanah liat, apinya berasal dari batu bara. Tiap hari subuh jam 4.30, pria ini menyulut api. Dalam kuali diisi air, untuk merendam beras yang telah dicuci. Menunggu air mendidih, beras dimasukkan. Menggunakan api besar memasak selama 10 menit. Setelah itu dirubah menjadi api kecil untuk direbus. Pria itu di pinggir kompor sedang membungkuk, menggunakan gayung mengaduk-aduk dengan perlahan-lahan.

Setengah jam kemudian, pria tersebut dengan satu tangan membawa semangkuk bubur putih panas yang masih mengepulkan asapnya, tangan yang lain membawa sepiring sayur asin yang telah disiram dengan minyak wijen. Masuk ke dalam kamar tidur, memanggil istrinya untuk bangun.

Wanita itu membalikkan badan, mulutnya menggumamkan sesuatu dan tidur lagi. Pria itu mendengarkan suara dengkur istrinya yang sedang lelap. Dia tidak tega untuk memanggil lagi. Duduk dipinggir ranjang, mengawasi arloji dan melihat ke wajah istrinya , lalu melihat lagi ke arloji. Wanita itu mendadak meloncat keluar dari ranjang. Melihat arloji, tergesa-gesa mengenakan pakaian dan turun dari ranjang, sambil berkata ?Sudah terlambat, mengapa tidak membangunkan saya?? Suaminya menyajikan bubur putih dan sayur asinnya sambil berkata,?Jangan cemas, masih ada waktu, makanlah buburnya dulu?

Buburnya adalah bubur putih polos, tanpa ada tambahan daging ayam atau pun telur ayam. Bubur semacam ini, menjadi sarapan pagi istrinya selama 5 tahun.

Ketika pria dan wanita ini menikah, tidak ada uang untuk pesta perkawinan, kedua insan ini hanya meletakkan tikar mereka masing-masing menjadi satu. Beginilah sudah jadi sekeluarga.

Pada saat malam pengantin, pria ini membawakan semangkuk bubur polos. Buburnya putih bersih, di bawah sinar lampu memancarkan cahaya yang berkilau. Pria itu berkata : Lambungmu tidak baik, banyak makan bubur dapat menjaga maag? Dimakanlah bubur itu oleh istri-nya. Aroma sedap khas bubur, tidak hanya membuat lambungnya hangat, namun juga hatinya. Mereka sama-sama bekerja di satu pabrik. Si wanita sepanjang tahun bekerja di pagi hari, yang pria sepanjang tahun bekerja pada malam hari. Setiap jam empat subuh sang suami pulang dari kerja. Sedang istrinya masuk jam setengah enam pagi. Waktu mereka untuk bersama pendek sekali hanya sekitar 1,5 jam.

Pulang dari kerja, hal pertama yang dikerjakan oleh si pria adalah menyulut api, mengisi kuali. Pria ini hanya bisa memasak bubur polos. Namun semangkuk bubur polos ini, ternyata telah memberi gizi kepada si wanita hingga air mukanya merah, cantik bagaikan bunga.

Suatu hari, pabrik mengalami kerugian dan si pria terkena PHK. Akan tetapi bagi mereka kehidupan ini masih harus dilanjutkan. Pria ini mengeluarkan uang tabungannya yang sangat sedikit sedangkan istrinya menjual cincin emas warisan ibunya. Mengumpulkan uang membuka satu toko kelontong. Satu mangkuk, satu buah sapu, satu teko air. Keuntungannya tidaklah banyak. Tetapi si pria ini mengerjakan dengan sepenuh hati. Setelah si wanita pulang dari kantor, juga membantu mengurusi toko. Ketika tidak ada pembeli, pria dan wanita ini duduk diantara setumpuk mangkuk, kuali, gayung serta ember, dengan bahagia mereka berandai-andai tentang masa depan.

Si pria berkata:?Setelah ada duit, toko cabang akan saya buka dimana-mana? Istrinya menyahut? Waktu itu saya juga tidak perlu kerja lagi, setiap hari di rumah membuat beraneka ragam makanan untukmu.? Pria itu berkata? Mana perlu dirimu memasak, ingin makan apa, kita langsung pergi ke restoran saja? Dengan manja istrinya bilang,?Tidak, saya selalu ingin makan masakan bubur polosmu?? Pria ini langsung merangkul pundak si wanita, matanya agak membasah.

Pria ini masih saja setiap hari bangun dari tidur tepat pukul 4.30 subuh, menyulut api memasak bubur. Sambil memasak, memikirkan dalam toko sedang kekurangan barang apa. Kadang kala konsentrasinya terpecah. Buburnya hangus di dasar kuali, kadang pula jika ia terlalu lelah dan mengantuk, buburnya meluber keluar dari kuali. Suatu hari istrinya bangun pagi hari. Bubur di atas kompor sedang mendidih mengeluarkan buih ombak. Sedangkan suaminya tidur terlelap dengan kepala di topangkan di atas lutut. Dengan perlahan dan hati-hati si istri memeluk kepala suaminya, hatinya merasa sakit bagaikan ditarik-tarik.

Sejak saat itu, wanita ini menolak dengan tegas jika suaminya ingin memasakkan bubur untuk dirinya. Karena ia melihat si suami sungguh terlalu lelah.

Perdagangan si pria kian hari kian lancar, sampai pada tahun ke tujuh, supermarket cabangnya sungguh telah buka dimana-mana. Si wanita sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Mereka telah membeli sebuah rumah besar, dapurnya dilengkapi dengan sangat indah dan unik, yang kurang hanya bau asap api. Karena waktu untuk pulang makan si pria ini, semakin lama semakin sedikit. Dia selalu sibuk, terlalu banyak jamuan makan malam, kadang dalam satu malam ia harus

menghadiri empat jamuan makan malam. Mula-mula wanita ini menggerutu, tapi si pria bilang? Bukankah semua ini demi keluarga? Bukankah semua ini agar kamu bisa hidup lebih nyaman?? Akhir-nya si wanita capai sendiri, lambat laun juga sudah terbiasa.

Wanita ini sudah sangat lama sekali tidak pernah makan bubur polos.

Suatu hari, mendadak pria ini diberitahu agar menghadiri pemakaman dari seorang temannya. Dia heran, mengapa beberapa hari lalu temannya ini masih baik-baik saja, hari ini orangnya telah tiada? Di dalam rumah duka, dia melihat istri temannya ini. Yang dulunya sangat cantik dan anggun, dalam semalam menjadi pucat, lesu dan tua. Dia menangis tersedu-sedu. Dalam mulutnya menggumamkan kata-kata:?Siapa yang akanmengantarku kerja dan menjemputku pulang kerja? Siapa yang akan menalikan sepatu untukku ??

Si pria itu merasa sesak nafasnya, terpikirkan akan istrinya. Sekilas terkenang kebiasaannya dulu di pagi hari, memasakkan bubur untuk istrinya, terpikir juga olehnya ketika istrinya menerima semangkuk bubur polos itu, matanya memancarkan sinar kebahagiaan dan kepuasan.

Si pria ini bergegas pulang ke rumah. Membuka pintu, melihat istrinya yang sedang meringkuk tidur di atas sofa. Televisi masih menyala, home theater juga masih menyala. Di atas meja ruang tamu berserakan penuh dengan berbagai jenis majalah mode. Pria ini berlutut di depan sofa, tangannya dengan perlahan membelai rambut wanita ini. Air muka wanita ini suram, di dalam kerutan-kerutan halus, wajahnya telah tertulis penuh kehampaan.

Dia mengambil selimut untuk menyelimuti wanita ini. Mendadak wanita ini terjaga dari tidurnya. Melihat si pria, wanita ini mengusap-usap matanya. Setelah memastikan itu adalah suaminya, raut wajahnya segera memerah. Wanita ini bergegas untuk berdiri. ?Kamu mungkin belum makan, akan saya buatkan?? Si pria tiba-tiba memeluknya dari belakang?Tidak, biarkan saya yang memasakkanmu bubur polos? Hampir setengah hari wanita ini tidak mengeluarkan sepatah kata. Ada tetesan air mata hangat, yang menetes di tangan suaminya.

Hari itu, si pria sambil memasak bubur, dia berpikir,?Sebenarnya beraneka macam variasi produk bubur, tidak bisa me-ninggalkan bubur polos sebagai dasarnya. Dan segala kebahagiaan yang ada hanyalah di dasari oleh bubur polos, selain itu hanyalah sebagai penyedap?