Kamis, 13 November 2008

MANAJEMEN EMOSI I

Bacaan: Mazmur 42:1-12

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! - Mazmur 42:6

Emosi diciptakan Allah untuk kebaikan manusia, namun karena manusia telah jatuh dalam dosa, emosi muncul untuk alasan yang salah dan disalurkan dengan cara yang salah juga. Lalu bagaimana kita bisa mengelola emosi itu dengan baik? Dr. Ken Campbel dalam buku 7 Emosi Perusak Jiwa memberikan cara bagaimana mengelola emosi dengan bijak.

Satu, takut. Takut adalah emosi rasional terhadap bahaya yang ada di depan mata. Seperti sakit penyakit, kehilangan sesuatu atau kondisi keuangan yang buruk. Untuk mengelola rasa takut diperlukan pikiran yang tenang dan hati-hati. Kemudian mengenali penyebabnya dan menyerahkan pada Yesus. Semakin besar keyakinan kita akan pertolongan Tuhan, rasa takut pun akan semakin berkurang, bahkan akan hilang.

Dua, depresi. Depresi biasanya terjadi karena merasakan penderitaan batin yang sangat dalam. Untuk mengelola depresi kita harus tahu penyebabnya lebih dulu. Setelah mengetahui apa yang menyebabkan kita depresi, belajarlah untuk menyerahkan beban jiwa kita kepada Tuhan. Pemazmur memberikan cara sederhana bagaimana mengatasi rasa depresinya, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:6).

Tiga, amarah. Biasanya akan muncul jika terjadi sebuah peristiwa yang memunculkan ketegangan di dalam pikiran dan emosi kita. Mengelola kemarahan dalam cara yang sederhana bisa dilakukan dengan prinsip 5 W. What, marah pun perlu judul, jadi merembet ke masalah-masalah yang sama sekali tidak berkaitan. Who, siapa yang menyebabkan kemarahan kita? Jangan sampai masalah kantor membuat kita marah-marah dengan keluarga di rumah. Why, kita harus tahu alasan yang jelas mengapa kita marah, jangan marah tanpa alasan yang mengada-ada. When, pada saat marah kita harus tahu kapan waktu yang tepat. Where, marah pun harus tahu dimana tempatnya.

Atasi ketakutan, kekuatiran dan depresi dengan menyerahkan kepada Tuhan. (Amos)

MANAJEMEN EMOSI II

Bacaan: I Yohanes 1:5-10

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.- I Yohanes 1:9

Empat, rasa bersalah. Rasa bersalah yang terus menghantui merupakan emosi yang tidak sehat. Rasa bersalah yang tidak diselesaikan akan membuat orang merasa tidak bahagia, tidak berharga, salah, gagal karena sesuatu hal dan mendorong orang menghukum dirinya sendiri. Untuk mengatasi hal ini tidak ada pilihan lain kecuali kita datang kepada Tuhan untuk meminta Dia mengampuni dosa kita (I Yohanes 1:9) dan berani melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu.

Lima, kebencian. Tidak ada hal yang positif dari sebuah kebencian. Keadaan hati yang seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika tidak segera diselesaikan, kebencian akan selalu menggerogoti damai sejahtera, sukacita bahkan akan memunculkan dendam terhadap orang yang telah melukai hati kita. Kita harus minta ampun kepada Tuhan karena hidup dalam kebencian, mengijinkan kasih-Nya mengalir dan berani melepaskan pengampunan terhadap orang yang bersalah kepada kita.

Enam, iri hati. Iri hati adalah sebuah emosi yang tidak sehat karena kita selalu merasa bahwa hidup ini tidak adil sehingga timbul cemburu. Penyebab yang sebenarnya adalah hidup yang hanya berpusat pada diri sendiri. Orang yang egosentris (berpusat pada diri sendiri) akan lebih mudah tergoda untuk iri hati ketika melihat keberhasilan orang lain. Itu sebabnya kita perlu memiliki cara pandang yang sehat tentang diri kita sendiri.

Tujuh, dukacita. Memang dukacita adalah bagian dari warna kehidupan, sebab ada waktunya kita mengalami dukacita yang mendalam. Namun yang paling penting adalah jangan pernah membiarkan dukacita itu terus berkelanjutan dalam hidup kita, sehingga kita mulai kehilangan sukacita dan semangat dalam hidup. Pada saat-saat seperti inilah kita membutuhkan orang lain yang bisa menghibur dan menguatkan kita. Selain itu memiliki waktu-waktu yang lebih banyak dengan Tuhan akan lebih mudah menyembuhkan emosi kita ini.

Tidak ada obat yang lebih manjur untuk jiwa yang luka selain daripada kasih. (Amos)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar