Kamis, 29 April 2010

TELADAN SEORANG AYAH

Yang ayah wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang ayah - Will Rogers

Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.

Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. "Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu." Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. "Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku.".

Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku.

"Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi."

Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. "Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter," katanya. "Kau pasti bisa kuliah. ayah jamin."

Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.

Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.

Setelah menikah, kuceritakan kepada Susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. "Kalau kau sudah tamat kuliah," katanya dengan mata berkilat-kilat, "kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau."

Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah.

"Mungkin popoknya basah," kata Susan, lalu dibawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.

Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar.
"Lihat," katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin. Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan. Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.

-----> : Sebuah cerita yang luar biasa bukan ? Inilah sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang ayah ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Ayah ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang ayah, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun ayahnya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orangtuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. Semoga cerita ini menginspirasi kita semua.
STORY ABOUT GAJAH

Beberapa bulan yang lalu kami sekeluarga berlibur ke Lampung, sekedar untuk melihat dan mencoba menunggang gajah-gajah di sana. Menyaksikan mahluk terbesar yang ada di muka bumi ini merupakan hal yang sangat mengagumkan. Gajah adalah hewan mamalia yang lembut juga sangat kuat tenaganya. Seekor gajah jantan memiliki kekuatan dan mampu untuk menumbangkan sebuah pohon dan mengangkat batang kayu gelondongan hanya dengan menggunakan belalainya.

Satu hal yang mengejutkan adalah tidak adanya kandang untuk gajah. Mungkin kita dapat mengurung singa, beruang dan harimau tapi tidak pernah ada kandang untuk gajah. Mengapa bisa begini?

Bagaimana cara menahan mahluk yang sangat kuat ini dari niatan melarikan diri. Yang mereka lakukan hanya mengikatkan seutas tali (atau rantai tipis) ke kaki gajah dan mengikatnya ke sebuah batang yang ditancapkan ke tanah. Sekali kakinya sudah terikat, maka ia tidak akan mencoba melarikan diri lagi. Sekarang, apakah Anda pikir gajah tersebut tidak mampu menghancurkan rantai atau tali tersebut bila dia mau? Tentu saja bisa dan mampu, bahkan bisa menumbangkan sebuah pohon.

Tapi mengapa dia tidak memutuskan tali tipis yang melingkar di kakinya? Jawaban yang saya dapatkan dari para pawang gajah adalah dengan membiarkan gajah-gajah tersebut percaya bahwa dia tak bisa memutuskan tali tersebut. Keadaan ini berlangsung sejak kecil... Ketika seekor bayi gajah lahir dan masih terlalu lemah untuk berjalan bahkan berdiri, mereka (para pawang) mengikat kaki gajah kecil itu ke sebuah batang yang ditancapkan ke tanah. Dan dapat dipastikan ketika bayi gajah tersebut mencoba berlari menuju induknya, ia tidak dapat memutuskan tali tersebut.

Ketika ingin melarikan diri, tali itu akan menggenggam kaki gajah dan dia akan jatuh di atas tanah. Tidak jera, sang gajah akan berdiri dan mencoba kembali. Dia akan berlari menuju induknya hanya untuk mendapatkan kaki yang terikat dan badan yang terentak ke tanah. Setelah mengalami kesakitan yang berulang-ulang, suatu ketika, sang gajah tidak akan berusaha menarik rantai lagi. Pada saat itu terjadi, para pawang tahu bahwa gajah tersebut telah terkondisi untuk terperangkap sepanjang hidupnya.

Saya benar-benar tertarik sekali dengan cerita sang pawang gajah, dan ketika saya menyaksikan bagaimana mahluk kuat ini diamankan hanya dengan rantai tipis yang seharusnya dengan mudahnya dapat diputuskan oleh sang gajah.

Analogi cerita di atas adalah saya menyaksikan, bagaimana orang-orang yang saya temui tiap hari mengalami keterperangkapan yang sama dengan keterbatasan keyakinan mereka dan kebiasaan yang dengan mudah dapat diubah namun tidak mereka lakukan. Sebagai manusia, kita sama seperti gajah dengan berbagai macam potensi untuk mendapatkan mimpi apapun yang kita inginkan, dari menjadi seorang jutawan sampai menjadi orang yang dapat membuat perbedaan di dunia. Namun, cukup banyak orang yang dengan kemampuannya tidak berani mengambil tindakan karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat melakukannya. Mereka kuatir bahwa yang mereka lakukan akan gagal total.

Bisa jadi sewaktu muda, mereka gagal dan jatuh berkali-kali sama seperti bayi gajah tersebut. Mungkin sewaktu mereka muda, orang tua mereka mengatakan mereka malas dan bodoh. Mungkin teman-teman mereka menjuluki mereka si kuper. Mungkin guru mereka pernah mengatakan mereka tidak dapat melakukan apa-apa. Sebagai hasil dari keadaan masa lalu, orang-orang akan berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun.

Sama seperti gajah tersebut, mereka berpikir bila aku tidak bisa melakukannya di masa lalu bagaimana bisa aku melakukannya sekarang? Di masa lalu aku seorang yang pemalas, jadi bagaimana bisa aku menjadi orang pekerja keras. Di masa lalu aku tidak percaya diri, bagaimana aku bisa percaya diri sekarang. Di masa lalu aku seorang yang menangkap pelajaran dengan lambat, sekarang bagaimana aku bisa menangkap pelajaran dengan cepat. Di masa lalu aku tidak bisa berbicara dengan baik, bagaimana aku bisa sekarang?

Apa yang tidak dilihat oleh orang-orang ini adalah bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan. Mereka tidak menyadari sama seperti yang dialami gajah tersebut, bahwa sebenarnya mereka bukan orang yang sama lagi. Sang gajah tidak menyadari di masa lalu dia tidak memiliki kekuatan seperti yang ia miliki sekarang. Saya ingin Anda tahu bahwa tiap hari Anda akan bangun menjadi orang yang berbeda. Orang yang semakin bertambah ilmu, pengalaman dan orang yang bijaksana. Tahukah Anda bahwa jutaan sel di tubuh kita mati setiap hari dan digantikan dengan yang baru.

Bila Anda telah membiarkan keyakinan dan kebiasaan yang lama merantai diri Anda, bukankah sudah saatnya menggunakan tenaga dan kemauan Anda sekarang untuk melepaskan diri dari penjara ketidakmampuan dan melangkah menuju kebebasan, sukses dan kemapanan yang memang berhak kita dapatkan. "CARI! dan Anda akan mendapatkannya. Hidup adalah untuk mencari. Jika Anda tidak mencari, Anda akan stagnan.

Diam di tempat adalah langkah mundur, waktu ataupun dunia tidak akan menunggu Anda. Jadi cari, atau mati secara perlahan lahan" - Dato Vijay Eswaran - "Jika Anda membatasi pilihan hanya pada apa yang tampaknya mungkin atau masuk akal, Anda telah melepaskan diri dari apa yang sungguh-sungguh Anda inginkan, dan yang tertinggal hanyalah kompromi dan keterpaksaan" - Robert Fritz -
APARTEMEN LANTAI 60

Ada satu keluarga yang mengontrak rumah dan akhirnya membeli sebuah apartemen di lantai 60. Apartemen itu memakan waktu sangat lama dalam pembuatannya. Kemudian, tibalah hari yang dinanti. Apartemen dambaan telah jadi dan selesai dengan baik. Dengan semangat dan antusias mereka membawa banyak barang-barang untuk mengisi apartemen mereka.

Mereka membawa surat kabar, pakaian, mainan, makanan, kompor, lemari pakaian, tempat tidur, peralatan makan, televisi, alat musik, sabun, teropong, dan banyak sekali barang lain. "Nanti di atas, kita bisa nonton tv, main video game, masak terus makan masakan buatan sendiri, bisa bersantai sambil mendengarkan musik, bisa meneropong jauh, bersantai, mandi dulu, pokoknya enak deh..." demikian pikir mereka.
Sesampainya mereka di sana, mereka menemui developer. Ternyata, apartemen itu baru setengah jadi dan lift belum terpasang. Mereka sangat kecewa dibuatnya. Mereka ingin pulang ke rumah lama mereka, tapi kontrak mereka sudah habis. Dengan sangat terpaksa, mereka harus tetap naik ke atas sana dan tinggal di dalamnya menggunakan tangga darurat. Mereka naik membawa semua barang mereka menggunakan tangga darurat. tangga demi tangga dilalui, mereka terus maju dengan semangat membara.
Sesampainya mereka di lantai 25 mereka kelelahan, mereka makan dan minum dengan lahapnya. Lalu mereka melihat barang-barang mereka, semuanya utuh. Timbul sebuah pikiran untuk mengurangi barang bawaan mereka. Lalu mereka memutuskan untuk meninggalkan meja telepon dengan teleponnya "Toh di atas kita tidak perlu telepon atau pesan apa-apa," demikian menurut mereka.
Di lantai 30 mereka tinggalkan baju, mainan dan lemari pakaian mereka. "Toh kita masih memakai baju." Lalu mereka terus melaju ke lantai 35, mereka masih mengeluh dan memutuskan untuk meninggalkan barang mereka lagi yaitu televisi dan radio serta compo. "Soalnya kita tidak perlu nonton tv, toh acara dan lagu-lagu yang kita punya itu-itu saja."

Teruslah mereka melaju sampai lantai 45, rasanya masih berat dan tidak menyenangkan. Maka mereka tinggalkan kompor dan bahan makanan yang mereka bawa. "Toh tadi masih kenyang makan banyak." Lalu, di lantai 55 teropong dengan tripod yang sangat besar mereka tinggalkan begitu saja. "Toh di atas mau lihat apa, belum jadi semua tower yang lain."
Sesampainya di lantai 60, mereka masuk dan menyadari yang mereka miliki hanya sebuah kasur. Tidak ada jalan lain, mereka hanya ingin tidur karena tidak ada pilihan lain.
And so.... what's the point? Mungkin Anda bingung kenapa perumpamaan ini sangat panjang Perjalanan itu melambangkan kehidupan. Tiap lantai yang ada, melambangkan umur.
Dan Anda adalah keluarga tersebut. Barang-barang tersebut adalah mimpi Anda, barang-barang tersebut adalah perlambang tindakan Anda.
Di umur 25 Anda mulai bekerja dan memutuskan untuk fokus pada pekerjaan. Anda, tanpa sadar Anda telah mengeliminasi banyak sahabat potensial.
Di umur 30 Anda sudah tidak memperhatikan penampilan dan melupakan hobi Anda akibat sulitnya bersaing.
Di umur 35 Anda mulai melupakan kesenangan yang Anda dambakan di hari tua akibat kenyataan bahwa tabungan Anda tidak mencukupi.
Di umur 45 Anda berhenti makan makanan yang Anda sukai akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan di usia 25 yang mulai berdampak buruk di usia ini.
Di umur 55 Anda benar-benar melupakan keinginan menikmati hari tua dengan memandang indahnya hidup dengan menikmati apa yang Anda lewati, Anda mulai kuatir dengan masa depan anak Anda.

Di umur 60, Anda menyesal tidak banyak yang Anda dapat akibat tidak ada mimpi yang direalisasikan. Anda hanya ingin cepat tidur selamanya, karena Anda sudah tidak bisa lagi makan makanan enak, Anda tidak memiliki achievement yang bisa dibanggakan, Anda tidak punya siapapun yang menjadi sahabat Anda, Anda tidak bisa menikmati hobi Anda di masa muda, kesehatan badan mengkuatirkan.
Hidup cuma datang sekali. Jadi pastikan, Anda akan berjuang untuk mencapai mimpi-mimpi Anda! Jangan lepaskan, tapi usahakan. Jangan sampai kita kehabisan pilihan dalam menjalani hidup. Dreaming is a freedom, so free your dreams.
ORANG TUA HIDUP SEPERTI BOLA

Ada pepatah cina yang sangat menarik untuk direnungkan; “Orang Tua Hidup seperti Bola”. Dimata anak kecil orang tua seperti BOLA BASKET, dimana bola basket akan selalu diperebutkan oleh dua team yang bertanding dan berusaha mempertahankan bola yang didapatkannya dengan mengatakan (“My Ball” atau “Ini Bolaku”) jangan rebut bolaku. Sedemikian pentingnya orang tua di mata anak kecil. Anak-anak akan selalu berusaha menarik perhatian dari orang tuanya.

Disaat orang tua bertambah tua, dan anak-anak mulai memiliki tanggung jawab untuk merawat orangtuanya: Anak kedua mengatakan sebaiknya Anak sulung yang wajib merawat orangtuanya, dan si Sulung akan merasakan Si Bungsu yang lebih ‘disayang’ orangtuanya yang harus memperhatikan mereka. Sesungguhnya orangtua tidak pernah pilih kasih pada anak-anaknya, akhirnya si Bungsu pun mengungkapkan keberatannya dan mengatakan bahwa merawat orang tua adalah tugas dari setiap anak-anaknya, jadi harus ‘adil’ dan ada pembagian tugas, akhirnya dibuatlah “Jadwal rawat inap orang tua”. Orangtuanya bergilir setiap satu bulan sekali di rumah anak-anaknya. Dalam kondisi ini orang tua seperti BOLA VOLLEY, yang ‘dipassing sini , over sana, passing sana over sini’. Bila saja anak-anaknya tulus maka permainan bola volley akan sangat indah di tonton. Tetapi bila anak-anaknya tidak tulus dan mereka beban maka permainan ini akan terlihat sengit dengan pola main yang cepat plus SMASH…. Sini SMASH sana…

Ketika orang tua memiliki penyakit dan dimana anak-anaknya sibuk dengan pekerjaan dan bisnis, dimana sedikit waktu untuk orangtuanya, merasa tanggungan orang tua yang semakin berat dan sangat melelahkan. Dalam kondisi ini orang tua ibarat BOLA SEPAK yang semakin jauh tendangannya semakin bagus. Artinya adalah Bola sendiri tidak akan dibiarkan ada dikandang sendiri, tentunya diusahakan untuk ditendang masuk kandang orang lain. Sekarang ini Panti Jompo dan Rumah Sakit tertentu menyediakan perawatan untuk orang tua. Jaman sekarang UANG memegang peranan penting dibanding sentuhan dan kasih sayang. Berapa Lansia yang mengeluh bahwa keuangan mereka sangat terjamin disaat renta, tetapi mereka tidak membutuhkan itu, karena matipun tidak bawa uang tetapi sentuhan dan perhatian anak-anak dan cucu jauh lebih berarti dari segalanya. Mereka butuh teman bicara dan sharing pengalaman, tentunya mereka butuh kalian! Mereba butuh sentuhan kasih sayang......

Tentunya di dunia ini tidak ada satu orang tuapun yang ingin menjadi bola volley apalagi bola sepak, bila saja orang tua memiliki pandangan yang benar dan tabungan kebajikan, memilki pengetahuan yang luas, penuh kebijaksaan dan kasih sayang, apalagi tentunya memiliki “deposito atau warisan” yang cukup, sudah dapat diduga pasti orang tua akan seperti BOLA RUGBY yang oleh anak-anaknya akan selalu dipeluk erat-erat, dipertahankan dan selalu dijaga ketat pertahanannya, walaupun harus bergulat dan berguling dengan mereka yang ingin merebut Sang Bola. Siapa yang mendapatkannya tentu tidak akan melepaskannya. Sifat yang baik dari permainan ini adalah setiap anak pasti akan menjaga dan merawat orang tuanya sampai mereka meninggal dunia dengan tulus dan bermain cantik. Permainan akan menjadi brutal dan kasar apabila anak-anak mereka hanya berebut warisan dan deposito yang ada di kantong orang tuanya, sehingga akan berusaha menjaga orang tua dengan motivasi lain.

Inilah satu ulasan dari cerita yang sangat sesuai dengan keadaan sekarang ini yang semakin hari semakin menyedihkan, semakin maju jaman dan canggihnya sarana serta prasarana semakin mundur mentalitas manusia. Untuk itu Ajaran Kebenaran dan Pedoman Hidup Benar sangat diperlukan untuk menolong mereka yang hampir tersesat dalam arus kehidupan yang hingar bingar ini.

Semoga cerita ini dapat memberikan satu wawasan baru tentang keadaan yang sudah semakin instant dan perubahan pola hidup dan bentuk perhatian yang semakin bergeser...
Gunakan Kata-Kata Anda Untuk Memberkati Orang Lain

Suatu hari, saya sedang memberi kotbah tentang lebih mengekspresikan perasaan sayang kita.

Setelah kotbah, dua orang pria berambut abu-abu berjalan menghampiri saya.

Pria pertama berkata, “Saudara Bo, sepanjang umur pernikahan saya, tidak sekalipun saya pernah mengatakan pada isteri saya bahwa saya mencintainya. Saya tidak pernah terlatih untuk menjadi ekspresif.”

Pria lainnya menambahkan, “Bo, saya tidak merasa suatu kebutuhan untuk mengatakan ‘saya mencintaimu’ kepada isteri saya. Bukti apa lagi yang ia butuhkan? Saya masih di sini beristerikan dia, ya kan? Rasanya saya ingin tindakan saya berbicara lebih daripada kata-kata saya.”

Saya mempelajari kedua pria di depan saya. Dan saya mengerti mereka.

Karena saya menyadari dari jaman apa mereka berasal. Biar saya gambarkan seberapa usia mereka: saya sedang menerka-nerka mereka adalah teman sekelas Jose Rizal atau Emilio Aguinaldo. (Mereka adalah pahlawan Filipin yang hidup di abad ke-19.)

Bercanda.

Mereka setua ayah saya.

Dan itulah sebabnya saya mengerti mereka.

Karena saya mengerti ayah saya.


KATA FAVORIT AYAH

Saya menyayangi ayah saya.

Dan saya tahu kalau ia sangat menyayangi saya.

Setiap hari, ia akan meluangkan waktu bersama saya. Ia mengisi hati
saya dengan kasih sayang.

Tapi ia tidaklah sempurna.

Seperti kedua pria yang lebih tua itu, saya ingat betapa Ayah tidak banyak berbicara.

Kata favoritnya adalah sebuah dengusan.

Ia memiliki bahasa dengusan istimewa ini yang saya coba tafsirkan selama bertahun-tahun.

Berikut adalah percakapan yang biasa saya lakukan bersamanya sebagai seorang anak…

Bo kecil: “Hai Ayah!”

Ayah: “Mmm.” (Tatapan kosong.)

Bo kecil: “Di mana Ibu, Ayah?”

Ayah: “Mmm.” (Sedikit menyentak kepalanya ke arah dapur.)

Bo kecil: “Bisakah kita ke toko mainan Sabtu ini?”

Ayah: “Mmm.” (Mengangkat bahunya.)

Bo kecil: “Maukah Ayah membelikan saya sebuah robot Voltus V?”

Ayah: “Mmm.” (Mengernyitkan dahi.)

Bo kecil: “Bisakah Ayah menjelaskan teori Relativitas?”

Ayah: “Mmm.” (Tatapan kosong.)

Bo kecil: “Wow Ayah, semuanya jelas bagi saya sekarang.”

Ayah: “Mmm.” (Tatapan kosong lagi.)


APAKAH MEREKA MENGAJARKAN INI DALAM FATHERHOOD 101?

Saya pikir para ayah Filipin dari generasi itu dilatih dalam bahasa “dengusan” istimewa ini. Ketika mereka mengikuti Fatherhood 101, mereka diajarkan untuk menjadi kuat, kaku, dan tabah seperti sebuah tembok abu-abu.

Jangan salah sangka. Saya ulangi: Ayah saya menyayangi saya. Sangat.

Tapi ia hanya tidak cukup baik dalam berkata-kata.

Dalam seluruh hidup saya, saya tidak ingat ayah mengatakan pada saya,
“Ayah menyayangimu”. Tidak sekalipun ia berkata pada saya, “Ayah bangga terhadapmu” atau “Ayah senang kamu adalah anak ayah.”

Melihat ke belakang, saya berharap ia mengatakan kata-kata itu pada saya. Jiwa saya mendambakan untuk menerima berkat itu darinya.

Jika Anda adalah orang tua, jangan menahan hanya karena Anda tidak pernah melakukannya sebelumnya.

Anda mungkin akan mengatakan, “Tapi Bo, anak-anak saya sekarang sudah dewasa. Saya rasa sudah terlalu terlambat.”

Tidak, sama sekali tidak. Tidak akan pernah terlalu terlambat.

Anda dapat mengangkat telepon dan mengatakan pada mereka betapa berartinya mereka bagi Anda. Hargai mereka dan beri mereka berkat itu.

Ingat: Anda adalah satu-satunya yang dapat melakukan itu. Anda adalah satu-satunya yang dapat memberi mereka berkat istimewa ini.

Sebagai orang tua. Sebagai pasangan. Sebagai sahabat.

Saya tahu ini dari pengalaman pribadi…


DENGAN CARANYA YANG ANEH, IA MENGHARGAI SAYA

Saya sudah berumur delapan belas dan sudah berkotbah.

Tapi saya menerima begitu banyak undangan untuk memberi kotbah, dan saya menolak mereka.

Maka suatu hari, Ayah memarahi saya. Ia berkata, “Bo, kamu mempunyai karunia untuk berkotbah! Ayah tidak memilikinya. Ayah harap Ayah punya. Tapi Ayah tidak. Kamu punya. Jika Ayah adalah kamu, Ayah akan mengatakan ‘ya’ pada setiap undangan. Karena kamu harus menggunakan karuniamu. Jika kamu tidak menggunakannya, Tuhan mungkin akan mengambilnya darimu!”

Ada nada kemarahan dalam suaranya. Tapi dalam prosesnya, kata-kata penghargaan terucap dari bibirnya. Dengan cara yang tidak biasa, ia memuji saya. Dan jiwa saya bergembira. Meskipun ia tidak mengatakannya, saya punya firasat betapa bangganya Ayah terhadap saya. Kata-kata itu sangat berarti bagi saya, karena saya masih mengingatnya hari ini – setelah lebih dari 20 tahun!


SUATU KERINDUAN YANG DALAM DI HATI SETIAP MANUSIA

Di sanalah saya, mendapat tepukan dari setiap orang di planet ini.

Para pendengar mengagumi saya. Orang-orang memuji saya.

Tapi semua itu tidaklah cukup. Jauh di dalam, saya masih menginginkan Ayah memuji saya. Saya ingin Ayah menghargai saya.

Saya percaya bahwa di dalam hati setiap manusia ada kerinduan yang dalam untuk dihargai oleh orang tuanya. Setiap kita ingin mendengar kata-kata ini: “Saya bangga dan senang engkau adalah anak saya.”

Teman, hargai orang-orang yang Anda sayangi dengan kata-kata Anda!

Jangan katakan, “Oh Bo, saya terlalu tua untuk belajar.”

Jangan macet di dalam cara-cara kuno Anda. Untuk kepentingan anak-anak, Anda dapat berubah. Gunakan kata-kata Anda untuk memberkati orang lain.

Ingat: Ketika Anda menghargai seseorang dengan kata-kata Anda, Anda tidak hanya membuat orang tersebut merasa senang. Karena kata-kata memiliki kuasa. Tuhan telah mengilhami kata-kata kita dengan kekuatan daya cipta yang sangat besar. Kata-kata Anda dapat mempertunjukkan
mukjizat. Kata-kata Anda dapat menyembuhkan luka. Kata-kata Anda dapat menyegarkan jiwa.

Namun saya tahu beberapa orang yang melakukan hal sebaliknya: Mereka menggunakan kekuatan mereka yang luar biasa untuk mengutuk.


ANDA MEMILIKI KUASA UNTUK MEMBERKATI ATAU MENGUTUK

Suatu hari, seorang wanita menghampiri saya dan meminta didoakan. Ia mengatakan seorang penyihir mengutuknya. Ia mengalami sakit selama setahun, menderita kesakitan yang amat sangat di seluruh tubuhnya, tapi para dokter tidak dapat menemukan apa yang salah pada dirinya.

Hal ini mungkin benar. Karena ketika tim doa kami mendoakannya, kesembuhannya terjadi secara cepat. Ia tidak pernah mengalami kesakitan lagi.

Tukang sihir ditakuti oleh setiap orang. Karena para penyihir ini
memiliki kekuatan untuk membunuh atau menyakiti hanya dengan mengutuk musuh mereka.

Menakutkan bukan?

Saya mempunyai kabar untuk Anda: Anda tidak perlu menjadi seorang penyihir untuk memiliki kekuatan ini. Semua kita memiliki kekuatan ini.

Ketika orang tua berkata, “Kamu tidak berharga, kamu bodoh!”, mereka sedang mengutuk anak-anak mereka. Mereka meramalkan malapetaka bagi anak-anak mereka. Mereka bersikap persis seperti tukang tenung.

Kemarin, saya membaca tentang J. Paul Getty. Ia adalah seorang miliarder. Ia memiliki lebih dari 200 perusahaan. Ia sangat berhasil dalam bisnis tapi sangat gagal dalam keluarga.

Ia pernah menikah lima kali dan bercerai lima kali. Ia memiliki enam orang putera. Tapi ia begitu sibuk membangun kerajaannya, ia tidak pernah sungguh-sungguh meluangkan waktu dengan anak-anaknya. Ia juga sangat kritis.

Sebagai contoh, puteranya Paul Junior menulis surat pada ayahnya.
Surat itu akan kembali dengan koreksi lafal dan kesalahan tata bahasa – tapi tidak ada jawaban dari sang ayah. Paul kemudian menjadi seorang pecandu heroin.

Puteranya yang lain, Gordon, berelasi dengan ayahnya hanya lewat pengadilan, memperebutkan uang.

Puteranya yang lain, Ronald, masuk dalam industri perfilman, dan ayahnya mencemoohnya.

Putera lainnya bekerja dengan ayahnya dalam bisnis keluarga. Tapi ia mengambil nyawanya, menusuk dirinya di perut dan meminum pil hingga overdosis.

Dalam arti, J. Paul Getty mengutuk anak-anaknya.

Anda juga memiliki kuasa untuk memberkati dan mengutuk orang dengan menggunakan kata-kata Anda. Alkitab mengatakan bahwa hidup dan mati ada di dalam kuasa lidah.

Mari saya bagikan sebuah kisah yang sangat aneh dari Alkitab.


SEBUAH KISAH YANG SANGAT ANEH

Ishak mempunyai anak kembar laki-laki – Yakub dan Esau.

Ketika beberapa orang Filipin mendengar “Esau”, mereka secara otomatis merasa lapar. (Tolong, berfokuslah pada cerita.)

Ishak dan isterinya Ribkah pilih kasih. Yang mengakibatkan bencana.
Papa Ishak menyukai Esau sementara Mama Ribkah menyukai Yakub. (Orang tua, jangan pilih kasih. Konflik Esau-Yakub berlanjut hingga hari ini di Timur Tengah, sekitar lebih dari 3000 tahun kemudian!)

Ketika Ishak menjadi tua dan buta, ia memanggil puteranya Esau dan berkata, “Aku akan segera mati. Aku ingin memberimu berkatku. Pergi dan berburulah seekor binatang liar bagiku, masaklah seperti yang aku gemari dan sajikanlah bagiku. Maka aku akan memberimu berkatku.”

Tapi Ribkah berada di luar tenda, menguping.

Dengan segera, ia memasak seekor kambing dari kawanan mereka. Ia kemudian menyuruh Yakub untuk membawa makanan itu kepada ayahnya dan berpura-pura menjadi Esau, maka ia bisa mendapatkan berkat.

Ishak, dengan kebutaannya, terperdaya. Ia mengira Yakub adalah Esau dan memberi Yakub berkatnya. Ia berkata, “Kiranya engkau berkelimpahan, bangsa-bangsa takluk padamu, siapa yang memberkatimu akan diberkati, dan siapa yang mengutuk engkau, terkutuklah ia.”

Ketika Yakub pergi, kakaknya Esau datang. Ishak begitu terkejut. Dan ia berkata, “Maaf Esau, aku telah memberikan berkat kepada Yakub. Aku tak dapat mengambilnya kembali.”


APA YANG DIPEREBUTKAN ORANG-ORANG INI?

Apa yang aneh? Kakak beradik tidak memperebutkan harta ayah mereka, atau ternak ayah mereka, atau tanah ayah mereka.

Mereka memperebutkan kata-kata ayah mereka.

Mereka memperebutkan berkat seorang yang sudah tua.

Mengapa?

Karena dalam pemikiran Alkitab, kata-kata bukan hanya bunyi-bunyian tanpa arti. Kata-kata bukan hanya keributan.Kata-kata memiliki kekuatan kreatif. Kata-kata mendefinisikan realitas kita.

Ketika saya mengatakan pada putera saya, “Ayah begitu bahagia karena engkau adalah anak Ayah. Ayah tahu engkau akan menjadi sangat sukses dalam seluruh hidupmu dan semua yang kau sentuh akan menghasilkan”,
Saya tidak hanya menghargai putera saya, saya juga memberikan padanya sebuah berkat supernatural.

Ketika saya mengatakan pada isteri saya, “Aku mencintaimu. Engkau adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya”, saya tidak hanya menghargai dia, saya juga memberinya sebuah berkat supernatural.

Bagian dari berkat supernatural adalah sebuah nubuatan…


ORANG AKAN NAIK KE TINGKAT YANG ANDA NUBUATKAN

Anda adalah seorang nabi.

Anda dapat membentuk nasib anak-anak Anda, teman-teman Anda, orang-orang yang Anda sayangi dengan kata-kata Anda.

Inilah yang saya pelajari: Orang akan naik ke tingkat yang Anda
nubuatkan. Orang akan menyesuaikan kepada nubuatan Anda.

Ingat, jika tidak mengatakan pada anak-anak Anda siapa diri mereka dan apa nasib mereka, orang lain akan melakukannya. Televisi akan memberitahu mereka. Internet akan memberitahu mereka. Para pengganggu di sekolah akan memberitahu mereka.

Jangan biarkan itu terjadi. Hargai anak-anak Anda!

Ini adalah kisah hidup saya.

Suatu ketika, saya berusia 13 tahun dan seorang murid yang payah di sekolah. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan hidup saya.

Namun suatu hari, wanita ini datang pada saya, bernubuat kepada saya dan berkata, “Bo, kamu akan menerima karunia pengetahuan. Aku percaya padamu. Kamu akan berkotbah Firman Tuhan kepada banyak orang.”
Kemudian ia meminta saya untuk memberi kotbah di persekutuan doa kami. Ia melakukannya terus-menerus.

Dari bukan siapa-siapa, saya naik ke nubuatannya.


"TAPI BO, ORANG TUA SAYA TIDAK MENGHARGAI SAYA!"

Mungkin orang tua Anda gagal untuk memberikan berkat bagi Anda.

Lantas inilah yang Anda lakukan.

Datanglah kepada Tuhan dan terima berkat itu secara langsung dariNya.

Ketika Bapa memperkenalkan Yesus kepada dunia, Ia berkata, “Inilah anakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Apa yang sedang dilakukan Bapa? Ia sedang menghargai dan memberkati PuteraNya.

Saya percaya Tuhan mengatakan kalimat yang sama kepada Anda. “Inilah anakKu, kepadanya Aku berkenan!”

Anda mungkin merasa sulit untuk menelan kalimat itu. “Tidak Bo, saya seorang pendosa besar. Saya telah mengecewakan Tuhan. Saya yakin Ia tidak akan mengatakan itu tentang saya.”

Tapi itulah Rahmat. Ketika Tuhan memandang Anda, Ia tidak melihat kesalahan Anda. Ia melihat kebaikan yang Ia ciptakan di dalam diri Anda.

Hari Kamis lalu, saya mendengarkan Pastor Cantalamesa berkotbah.

Siapa dia? Pastor Cantalamesa adalah Pemimpin Retret dari Paus.
Setiap kali Paus melakukan retret, dialah orangnya yang memberikan retret itu. Selama 30 tahun, ia telah menjadi pengkotbah bagi Rumah Tangga Kepausan.

Pastor Cantalamesa mengatakan sesuatu yang membuat saya terpesona. Ia mengatakan ia suka berkata pada Tuhan, “Bapa, lihat saya…dan bersuka!”

Wow.

Teman, Tuhan senang akan Anda.

Ia tidak hanya mengasihi Anda, Ia bersuka karena Anda. Ketika Tuhan melihat Anda, saya percaya Ia sangat senang, Ia menyanyi, melompat, dan menari karena gembira.


APA YANG ANDA LIHAT PADA ORANG-ORANG DI SEKELILING ANDA?

Pada suatu ketika, saya adalah seorang pemimpin rohani yang “negatif”.

Pertanyaan saya yang paling utama adalah, “Apa yang salah dengan ‘domba-domba’ saya?” Saya berfokus pada kesalahan-kesalahan mereka.
Saya melihat pada kelemahan-kelemahan mereka. Saya akan berkata,
“Komitmen mereka kurang sekali,” dan “Mereka sangat keras kepala…”

Maka saya memberi kotbah tentang rasa takut, berharap bahwa orang-orang akan merasa cukup takut dan mengubah hidup mereka. Saya memandang rendah para pendengar saya. Saya mengatakan pada mereka untuk menjadi lebih baik atau…

Namun suatu hari, kepemimpinan saya berubah.

Karena saya berubah.

Saya percaya saya berubah ketika saya menjadi seorang ayah.

Karena saya belajar bahwa berfokus pada kelemahan anak-anak saya hanya memperbanyak kelemahan mereka. Saya belajar untuk berfokus pada kelebihan mereka, dan dengan melakukan itu, kelebihan mereka bertambah. Kabar baiknya? Kelebihan mereka dengan spontan mendorong keluar kelemahan mereka!

Maka saya menjadi seorang pemimpin rohani yang “positif”.

Sekarang, ketika saya melihat ‘domba-domba’ saya, saya bertanya, “Apa yang hebat tentang mereka?” Kini, saya begitu kagum akan komitmen, kemurahan hati, dan penuh kasihnya mereka. Saya tidak dapat meminta keluarga rohani yang lebih baik!

Kini, saya berkotbah tentang cinta. Saya tidak bisa menahannya.
Tuhan telah memenuhi hati saya dengan begitu banyak cinta, dan cinta itu meluap.

Mari saya ceritakan kisah terakhir saya…


YOU ARE MY SUNSHINE

Saya sangat menyukai kisah ini.

Suatu hari, Michael yang berumur 3 tahun berharap mendapatkan seorang adik perempuan.

Maka ketika bayi di dalam kandungan ibunya dinyatakan perempuan, anak kecil itu sangat gembira. Setiap hari, ia akan mengelus perut ibunya dan menyanyi untuk adik perempuannya, You are my sunshine, You are my sunshine, You make me happy, when stars are grey…
Namun ketika bayi tersebut dilahirkan, terjadi komplikasi. Bayi
tersebut berada dalam kondisi kritis.

Michael kecil menunggu di rumah, menerka-nerka mengapa ibu dan adik bayinya belum juga tiba di rumah.

Beberapa hari kemudian, dokter memberitahu ibunya bahwa bayinya mungkin tidak akan bertahan lama. Ibunya memutuskan untuk membawa Michael ke ruang ICU dan melihat adik bayi perempuannya sebelum ia meninggal.

Ibunya tahu hal itu melanggar aturan ICU, tapi ia tahu ia harus
melakukannya. Ia membawa masuk Michael kecil dan membiarkannya berdiri di samping adik bayinya yang kondisinya memprihatinkan.

Saat itulah Kepala Perawat melihat Michael dan berteriak, “Anak-anak dilarang masuk ke sini!”

Tapi sebelum mereka mendorongnya keluar ruangan itu, Michael kecil bernyanyi untuk adik bayinya, You are my sunshine, You are my sunshine. You make me happy, when stars are grey, You never know dear, how much I love you, please don’t take my sunshine away…

Dengan segera, bayi itu menjadi tenang. Detak jantungnya, yang luar biasa cepat, melambat.

Kepala Perawat memperhatikan apa yang terjadi dan berkata, “Anak kecil, apapun yang kau lakukan, lakukanlah terus. Sesuatu sedang terjadi pada bayi itu!”

Michael terus menyanyi bagi adiknya. Dan setiap hari, ia bertambah
baik. Hingga ia sembuh total.

Karena Michael kecil menggunakan kata-kata penghargaan untuk
memberkati adik perempuannya.

Teman, Anda juga dapat menyembuhkan orang lain.

Anda memiliki kuasa Tuhan dalam lidah Anda.

Gunakan kata-kata Anda untuk memberkati orang lain.


Semoga impian Anda menjadi kenyataan

Bo Sanchez
HANDPHONE di dalam PENERBANGAN, versus HANDPHONE di dalam GEREJA

Mungkin judul diatas, seperti sebuah pembanding yang Kontras dan Aneh. Tetapi itulah kenyataannya, dan apa yang saya akan share disini bukanlah mau menggurui, dsb. Saya hanyalah sesorang yang merasa 'TERTEGUR' (secara pribadi) dengan apa yang sudah TUHAN ingatkan dalam diri saya.

NAIK PESAWAT?.
Yaa...bagi sebagian dari kita, itu adalah hal yang mungkin jarang atau tidak pernah sama sekali. Tetapi bagi sebagian dari kita, sudah sering kali naik pesawat, bahkan 'bekerja' di pesawat. Seperti layaknya sebuah prosedur penerbangan, saat kita akan melakukan sebuah penerbangan, semua HANPHONE harus DIMATIKAN atau berada dalam OFLLINE/FLIGHT MODE. Karena dapat menggangu sistim navigasi pesawat.

Hal itu berarti 'memutuskan' sementara terhadap semua hubungan dengan sinyal operator handphone kita masing-masing, dan menyalakannya kembali saat pesawat telah mendarat, dan berhenti dengan sempurna di bandara tujuan.

Tentu kita sudah paham akan hal ini, dan mengikuti prosedur ini, karena ingin 'nyawa' kita selamat selama penerbangan, dan tidak ingin juga mendapat masalah dengan awak pesawat karena menolak mematikan handphone.

Saya sekitar seminggu yang lalu, tepatnya hari Jumat siang, saya merasa TUHAN tegur langsung di dalam sebuah ibadah di salah satu kota saat saya sedang pelayanan disana. Biasanya saya hanya me-nonaktifkan nada dering saja, dan masuk dalam menu Vibrate, dan semua sms, telp masih dapat tetap masuk tanpa ada ringtonenya. Tetapi hari itu, saat ibadah baru dimulai, tiba2 seperti ada 'sesuatu' yg berbicara sangat tegas dalam batin saya. Secara umumnya seperti ini...

"Kamu, sangat menjaga dan aware dengan safety di dalam dunia penerbangan, dan mematuhi segala prosedurnya. Kamu sanggup mematikan handphone-mu selama penerbangan berlangsung demi menghormati dan menjaga sebuah prosedur keselamatan, dan menghindari masalah dengan awak pesawat karena menyalakan handphone.

Masa dirimu tidak dapat mematikan handphonemu untuk AKU hanya dua sampai tiga jam saja?. Apakah AKU tidak lebih dari sebuah penerbangan dan awak pesawat sehingga kamu lebih mementingkan mematuhi mereka ketimbang menghormati KU?".

Saya tidak menunggu lama... saya ambil handphone dari saku celana saya, saya sms calon istri saya, saya kabarin dia, jika saya OFFLINE selama ibadah berlangsung dan akan ONLINE lagi setelah ibadah selesai. Singkat cerita, saya OFFLINE handphone saya ke menu Flight Mode (karena Alkitab saya ada di Handphone). Hari itu saya ibadah dengan air mata yang menggenang di mata saya. Saya minta ampun ke TUHAN, selama ini saya tidak sadar bahwa secara tidak langsung saya 'merendahkan' TUHAN lebih rendah dari sebuah penerbangan.

Mari kita jujur saja, jika handphone kita tetap menyala dalam ibadah, meskipun dalam menu Vibrate/getar. Perhatian dan konsentrasi kita terusik dengan adanya SMS yang masuk, atau telepon yang masuk, bahkan saya juga kerap menemui, malah BER-FACEBOOK ria selama firman Tuhan.

Kembali lagi seperti apa yg dikatakan dalam Firman TUHAN, ALLAH kita adalah ALLAH yg cemburu. dalam artian ALLAH kita tidak ingin ada yang 'menyaingi' keberadaanya.

Secara logika saja, mungkin anda lebih takut terhadap sanksi yang diberikan oleh manusia (kelihatan), dari pada sanksi dari TUHAN (yang 'belum' kelihatan).

Jika kita bertemu dengan Bapak Presiden, mungkin kita akan menghadap dengan kondisi kita yang terbaik. Berpakaian paling rapi, menggunakan parfum yang terbaik, make up atau menyisir rambut kita dengan sangat rapi, dan bertatap muka dengan penuh perhatian terhadap apa yang dikatakan bapak Presiden. Dan sangatlah tidak mungkin saat kita bertemu Presiden, kita berani angkat telepon atau ber sms ria, apalagi bermain facebook di hadapan beliau, sementara beliau berbicara kepada kita. Betul???? Jika berani pasti anda akan ditendang oleh PASPAMPRES keluar dari Istana Negara dalam waktu singkat.

TUHAN lebih tinggi dari jabatan seorang Presiden. TUHAN adalah Pencipta kita. Sudah selayaknya TUHAN mendapat tempat dan perlakuan tertinggi dalam kehidupan kita.

TUHAN hanya minta matikan handphone sesaat saja dalam ibadah. Hanya untuk berkonsentrasi pada NYA, dan 'mendengarkan' apa yang TUHAN inginkan dalam kehidupan kita.

Saya baru tersadar, saat kita beribadah, kita itu sebetulnya melaksanakan 'TAKE OFF' untuk menikmati 'penerbangan' sesaat bersama TUHAN yang menjadi Pilot (PIC) kita. Dan kita pasti aman bersamaNYA. Kita harus mematikan handphone dan menyelaraskan tubuh, jiwa dan roh kita hanya kepada TUHAN. Ada saatnya ibadah baru berakhir, itulah 'LANDING' bersama TUHAN yang manis. Setelah kita menikmati 'penerbangan' terbang sesaat meninggalkan dunia sejenak bersama TUHAN, TUHAN memperlengkapi kita dengan Damai sejahtera, kekuatan baru, serta penghiburan dan berkat berkatNYA, untuk kita kembali menjalankan aktivitas kita di dunia ini. Saat ibadah telah selesai itulah, silahkan menyalakan handphone anda kembali. :)

Mungkin ada dari kita PRO dan KONTRA terhadap apa yang saya tulis di pagi ini. Hal itu sah-sah saja. Tetapi terlepas dari semuanya itu, saya hanya ingin membagikan tentang apa yang saya dapat beberapa saat lalu.

Mari kita bersama-sama mematikan atau meng-offline kan Handphone, PDA, iPhone, Blackberry kita selama ibadah.

Semoga Tulisan ini dapat menjadi berkat...
GBU

=================

Vincent Herdison
Jakarta, 21 April 2010
06:38 WIB (GMT +7)
KETIKA KITA KEHILANGAN

Skenario 1

Andaikan Anda sedang naik di dalam sebuah kereta eko nomi. Karena tidak mendapatkan tempat duduk, Anda berdiri di dalam gerbong tersebut. Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi Anda untuk menggoyang-goyangkan aki. Di tengah perjalanan, Anda dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahu Anda. "Mas. Handphone mas barusan jatuh nih," kata orang tersebut seraya memberikan handphone milik Anda. Apa yang akan Anda lakukan kepada orang tersebut? Mungkin Anda akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.

Skenario 2

Sekarang kita beralih kepada skenario kedua. Andaikan Anda tidak sadar handphone Anda terjatuh, dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya. Orang itu tahu handphone itu milik Anda tetapi tidak langsung memberikannya kepada Anda. Hingga tiba saatnya Anda akan turun dari kereta. Sesaat sebelum Anda turun dari kereta, orang itu menepuk Anda dan menyodorkan handphone Anda sambil berkata "Mas. Handphone mas barusan jatuh nih." Apa yang akan Anda lakukan kepada orang tersebut? Mungkin Anda akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut, tetapi saya pikir rasa terima kasih yang Anda berikan akan lebih besar daripada rasa terima kasih yang Anda berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone itu kepada Anda). Setelah itu mungkin Anda akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3

Marilah kita beralih kepada skenario ketiga. Pada skenario ini, Anda tidak sadar handphone Anda terjatuh, hingga Anda menyadari handphone Anda tidak ada di kantong Anda saat Anda sudah turun dari kereta. Anda pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone Anda, berharap ada orang baik yang menemukan handphone Anda dan bersedia mengembalikannya kepada Anda. Orang yang sejak tadi menemukan handphone Anda (namun tidak memberikannya kepada Anda) menjawab telepon Anda. "Halo, selamat siang mas. Saya pemilik handphone yang ada pada mas sekarang," kata Anda kepada orang yang sangat Anda harapkan berbaik hati mengembalikan handphone itu kembali kepada Anda. Gayung bersambut, orang yang menemukan handphone Anda berkata, "Oh, ini handphone mas ya. Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut. Biar mas ambil di sana nanti ya." Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, Anda pun pergi ke stasiun berikut dan menemui "orang baik" tersebut. Orang itu pun memberikan handphone Anda yang telah hilang. Apa yang akan Anda lakukan pada orang tersebut? Satu hal yang pasti, Anda akan mengucapkan terima kasih, dan sepe rti nya akan lebih besar daripada rasa terima kasih Anda pada skenario kedua bukan? Bukan tidak mungkin kali ini Anda akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone Anda tersebut.

Skenario 4

Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat. Pada skenario ini, Anda tidak sadar handphone Anda terjatuh, Anda turun dari kereta dan menyadari bahwa handphone Anda telah hilang, Anda mencoba menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya Anda tiba di rumah. Malam harinya, Anda mencoba mengirimkan SMS: "Bapak/Ibu yang budiman. Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak/ibu sekarang. Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak/ibu untuk dapat mengembalikan handphone itu kepada saya. Saya akan mem berikan imbalan sepantasnya." SMS pun dikirim dan tidak adabalasan. Anda sudah putus asa. Anda kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam handphone Anda. Ada begitu banyak nomor telepon teman Anda yang ikut hilang bersamanya. Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone Anda menjawab SMS Anda, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone tersebut. Bagaimana kira-kira perasaan Anda? Tentunya Anda akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan oleh orang itu. Anda pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone Anda. Apa yang akan Anda berikan kepada orang tersebut? Anda pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan mungkin Anda akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih berharga dibandingkan hadiah yang mungkin Anda berikan di skenario ketiga).

Moral

Apa yang Anda dapatkan dari empat skenario cerita di atas? Pada keempat skenario tersebut, Anda sama-sama kehilangan handphone, dan ada orang yang menemukannya. Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada Anda. Anda berikan dia ucapan terima kasih. Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada Anda sesaat sebelum Anda turun dari kereta. Anda berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar. Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada Anda setelah Anda turun dari kereta. Anda berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah. Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu baru mengembalikannya kepada Anda. Anda berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.

Ada sebuah hal yang aneh di sini. Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling baik? Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada Anda, bukan? Dia adalah orang pada skenario pertama. Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara empat orang di atas.

Manakah orang yang paling tidak baik? Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat Anda menunggu beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone Anda tersebut selama itu. Namun, ternyata dia adalah orang yang akan Anda berikan reward paling besar.

Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Anda memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus, tetapi orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan banyak, Anda berikan lebih sedikit.

OK, kenapa bisa begitu? Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap skenario. Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum sadar handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali. Pada skenario kedua, kita juga belum merasakan kehilangan karena saat itu kita belum sadar, tetapi kita membayangkan rasa kehilangan yang mungkin akan kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari kereta. Pada skenario ketiga, Anda sempat merasakan kehilangan, namun tidak lama Anda mendapatkan kelegaan dan harapan Anda akan mendapatkan handphone Anda kembali. Pada skenario keempat, Anda sangat merasakan kehilangan itu. Anda mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang yang menemukan handphone Anda, asalkan handphone itu bisa kembali kepada Anda. Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan Anda semakin menghargai handphone yang Anda miliki.

Saat ini, adakah sesuatu yang kurang Anda syukuri? Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah, kesempatan bekerja, atau suatu hal lain. Ada satu cara yang benar-benar ampuh yang bisa dilakukan Tuhan untuk membuat kita mensyukuri sesuatu yang mungkin kita anggap biasa itu. Bagaimana? Dengan mengambilnya dari kita, hingga kita merasakan kehilangan. Saat itulah, kita akan mensyukuri segala sesuatu yang telah hilang tersebut.

Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat bersyukur? Saya rasa sebaiknya tidak. Syukurilah segala yang kita miliki, termasuk hidup kita, selagi itu masih ada. Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah diambil dari kita.